Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Cegah Hog Cholera, Sumba Vaksinasi Massal 200 Ribu Babi

Palce Amalo
16/8/2018 16:30
Cegah Hog Cholera, Sumba Vaksinasi Massal 200 Ribu Babi
(FOTO ANTARA/Jessica Wuysang)

EMPAT kabupaten di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar  vaksinasi massal terhadap sekitar 200 ribu ternak babi guna mencegah wabah kolera babi (hog cholera) di daereah itu.

Selain itu, untuk melindungi populasi ternak babi mengingatkan wabah kolera babi di Sumba masih tinggi. Sekitar 5% dari populasi babi di daerah itu terkena hog cholera.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumba Barat Daya dokter hewan (drh) Rihi Meha Agung Praing mengatakan Kesepakatan vaksinasi serentak sudah dicapai dalam pertemuan antara empat kepala dinas peternakan pada 7 Juli 2018. Tiga kepala dinas peternakan lainnya yakni Sumba Timur, Sumba Tengah dan Sumba Barat. 

"Peternak tidak perlu  membayar vaksin karena anggarannya berasal dari APBD," kata Rihi Meha Agung Praing, Kamis (16/8).

Untuk Sumba Barat Daya, vaksinasi massal sudah dimulai Sejak Juli 2018 di 20 dari 173 desa di kabupaten tersebut. Selanjutnya pada Agustus, vaksinasi dilanjutkan ke 30 desa. 

"Kita baru melatih 20 vaksinator,  rencananya setiap desa ditangani satu vaksinator," ujarnya.

Menurutnya pemberantasan hog cholera berbasis pulau, dan empat kepala dinas akan rutin menggelar pertemuan setiap enam bulan guna membahas perkembangan vaksinasi, serta masalah lain yang berhubungan dengan peternakan babi, kerbau dan kuda.

Untuk babi, kendati stok di petani banyak, namun Sumab Barat Daya dan Sumba Barat masih mendatangkan babi dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk memenuhi kebutuhan konsumsi warga.

Kondisi seperti itu terjadi karena umumnya ternak petani digunakan untuk  kebutuhan pesta adat seperti pesta perkawinan dan kematian. Setiap bulan, dua kabupaten ini mengimpor 300 ekor babi seharga Rp1,5 miliar. Namun jumlah itu sudah berkurang jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebanyak 400 ekor.

Dia berharap dengan vaksinasi massal dan penggunaan pakan ternak yang teratur lewat sistem peternakan moderen, stok ternak di masyarakat terus bertambah sehingga dapat menyuplai bagi kebutuhan konsumsi.

Kegiatan peternakan moderen dibantu Promoting Rural Income Through Support for Markets in Agriculture (Prisma), sebuah program yang dilaksanakan atas kerja sama Australia-Indonesia, serta Boehringer Ingleheim Indonesia sebagai penyedia vaksin, dan Romindo Primavetcom sebagai distributor vaksin.

Saat ini satu keluarga di Sumba rata-rata memiliki lima ekor babi yang disiapkan untuk kebutuhan pesta adat. Dia menyebutkan jika vaksinasi sudah rampung, dan stok ternak bertambah baik, secara perlahan pihaknya menghentikan pembelian ternak dari luar daerah. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya