Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
PEMERINTAH Pusat memasukkan enam destinasi pariwisata Jawa Barat dalam kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN). Pusat memberikan kesempatan pada Pemprov Jabar untuk berkontribusi dalam penyusunan masterplan KPSN.
Menurut Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Iwa Karniwa, dari 88 KPSN yang tengah disusun Pusat, Jawa Barat memperoleh enam KPSN.
"Alhamdulilah, kami mengapresiasi Pusat," katanya di Bandung, Senin (13/8).
Menurutnya, sejumlah kabupaten/kota di Jawa Barat antara lain Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Subang, Kota Cimahi, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Pangandaran akan dianalisis terkait KPSN.
"KPSN ini adalah strategi untuk memperkuat pembangunan Jawa Barat sehingga perlu dikawal baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya," katanya.
Jawa Barat sendiri, menurut Iwa, sudah menyusun sembilan kawasan strategis pariwisata provinsi dalam rencana pembangunan, yaitu Kawasan Ekowisata Puncak dan sekitarnya, Kawasan Geowisata Pelabuhan Ratu, Ciletuh, Ujung Genteng dan sekitarnya, Kawasan Cagar Budaya Sukabumi, Kawasan Industri Bekasi Karawang, Kawasan Sejarah di Cirebon, Kawasan Pariwisata Kreatif Bandung, Kawasan Pariwisata Alam Bandung Selatan Garut, Kawasan Budaya Priangan dan Alam Bahari di Priangan, serta Kawasan Ekowisata Pantai Apra Cipatujah dan sekitarnya.
Iwa memaparkan, penetapan kawasan pariwisata tersebut dengan tujuan untuk mencapai sasaran pembangunan kepariwisataan 2025 dengan indikasi kontribusi pertumbuhan ekonomi 15%, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 4,5 juta, jumlah perjalanan wisatawan Nusantara sebesar 70 juta atau 27%, peningkatan lama tinggal wisatawan mancanegara mencapai tujuh hari dan wisatawan Nusantara lima hari.
"Dengan harapan pengeluaran wisatawan mancanegara mencapai US$4.000 dan pengeluaran wisatawan Nusantara diperkirakan Rp12,5 juta," katanya.
Untuk mencapai sasaran, Pemprov Jabar sudah memetakan 60 daya tarik wisata yang dikelompokan ke dalam lima destinasi pariwisata yaitu destinasi pariwisata Bogor, Cianjur, dan Sukabumi, destinasi Karawang Bekasi, destinasi pariwisata Cirebon Raya, Cekungan Bandung, dan Pangandaran, Tasik dan Cianjur.
"2016 ini kami baru difasilitasi 5 KPSN, sehingga masih ada satu yang masih tersusun yaitu KPSN Halimun dan sekitarnya. Oleh karena itu, diharapkan pada 2017 dapat memberikan dukungan untuk memperoleh masterplan KPSN," paparnya.
Iwa menilai dengan adanya rencana pemerintah merumuskan masterplan KPSN maka perlu dikembangkan model hubungan antar lembaga pemerintah provinsi dengan kabupaten/kota, provinsi dengan pemerintah pusat untuk bersinergi dalam pembangunan pariwisata.
"Terutama untuk mendukung masing-masing wilayah pembangunan pariwisata perlu keterkaitan program antarsektor," tuturnya.
Menurutnya, jika kepariwisataan dianggap sebagai lokomotif ekonomi, sebaiknya program-program sektoral dapat mendukung peningkatan kondisi baik fisik, maupun sosial di perwilayahan destinasi yang ada di Jabar.
Dia mencontohkan, destinasi pariwisata di selatan khususnya mulai kawasan selatan cekungan Bandung dan pada koridor destinasi pariwisata provinsi, Pangandaran, Tasik, Garut, Cianjur sampai ke Ciletuh.
"Kiranya perlu berhati-hati dalam pengembangannnya untuk menjaga kestabilan kondisi alam dan lingkungan," katanya.
Oleh karena itu, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan harus dapat menyusun kebutuhan peningkatan sarana dan prasarana, kemudian dari daftar tersebut diinformasikan kepada sektor terkait yang memiliki tanggung jawab fungsi dalam pelaksanaannya.
Selain itu, untuk meningkatkan daya tarik wisata, diharapkan masyarakat dengan dukungan pemerintah pusat, dapat mendorong tumbuhnya investasi sektor pariwisata.
"Dan diharapkan investasi yang masuk ke Jawa Barat dalam sektor pariwisata dapat meningkatkan ketersediaan lapangan pekerjaan baru, minimal satu dari 11 lapangan pekerjaan yang tersedia dari setiap kehadiran investasi," katanya.
Sementara itu, Pemprov Jabar tengah merancang Science and Technology Park (STP) Jawa Barat, di Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon. STP merupakan kawasan sains dan teknologi, atau sebuah wahana yang dikelola secara profesional untuk mengembangkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan melalui pengembangan, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan penumbuhan perusahaan pemula berbasis teknologi.
Menurutnya, rancangan STP ini disiapkan oleh Tim Science and Technology Park Jawa Barat berdasarkan Surat Perintah Gubernur Jabar No 050.05/2551/BP2D.
"Kita canangkan di Cirebon sebagai STP pusat Jawa Barat," katanya.
Secara rinci, dia menyebut sejumlah fungsi STP, antara lain menyediakan wahana untuk kolaborasi research and development (R&D) berkelanjutan antaruniversitas, lemlitbang, dan industri. STP juga akan berfungsi memfasilitasi penumbuhan perusahaan berbasis imovasi melalui inkubasi dan proses spin-off.
"Juga menyediakan layanan bernilai tambah lainnya melalui penyediaan ruang dan fasilitas berkualitas tinggi," katanya.
Dia menyebutkan ke depan akan juga dibangun sejumlah STP Wilayah yang tersebar di seluruh penjuru Jawa Barat, seperti STP Jabar Wilayah Bodebekkapur Raya, Bandung Raya, Cirebon Raya, Pelabuhanratu Raya, Rancabuaya Raya, dan Pangandaran Raya.
Adapun STP Cirebon saat ini baru memiliki luas lahan 19 hektare dari 30 hektare yang direcanakan. Dengan rincian 18 hektare di kelurahan Kalijaga, dan satu hektare di kelurahan Argasunya, di Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.
"Tentu saja lahannya harus dibebaskan sehingga target 30 hektare itu bisa tercapai seluruhnya. Sekarang ada sekitar 11 hektare yang berada di tengah-tengah lahan itu milik masyarakat dan 19 hektare sudah dibebaskan," katanya.
Dia juga menjelaskan bahwa di kawasan STP nantinya akan dikembangkan suatu knowledge industry, atau ilmu pengetahuan industri maka berbagai jenis penbangunan fisik akan mengikuti bidang pengetahuan industri apa saja yang akan dibangun.
"Ketika pengembangannya nano teknologi maka gedungnya pun harus disesuaikan dengan kebutuhan nano teknologi. Begitu pun ketika yang kita kembangkan adalah laoratorium robot atau laboratorium mangga gedong gincu, ikan sidat dan ikan nila itu agrobisnisnya termasuk laboratoumnya, maka pembangunan gedungnya pun harus disesuaikan," katanya. (OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved