Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
DI rumah yang tidak terlalu besar di ujung Jalan Abimanyu, Wirobrajan, Kota Yogyakarta ini, Suyud Ahmad Sahal, pria kelahiran Pati, Jawa Tengah, 27 tahun yang lalu itu telah menghasilkan puluhan dan bahkan ratusan ribu boneka. Model atau macam boneka yang dibuat pun beraneka ragam, baik yang berukuran kecil hingga yang dapat dikenakan orang dewasa.
Kepada Media Indonesia, Suyud yang sempat berpindah-pindah tempat ini mengaku, memilih menekuni usaha pembuatan boneka karena tingkat kerumitannya yang tinggi serta tidak mudah ditiru atau dijiplak oleh lain.
"Sulit meniru pembuatan boneka, berbeda dengan produk lainnya yang dapat dengan cepat digandakan," katanya.
Untuk menyelesaikan pembuatan aneka produknya itu, Suyud mengaku mempekerjakan beberapa orang karyawan. Produk yang dihasilkan di bawah bendera Clamby International ini memang beragam. Tidak hanya boneka saja, tetapi juga bantal print, souvenir ulang tahun, baby born dan sebagainya. Bahkan pula ia juga menyelesaikan berbagai pesanan bordir menggunakan mesin.
Bantal yang dihasilkan pun beragam, ada bantal duduk, bantal leher, bantal dadu, bantal print dan bantal love dengan ukuran yang bermacam macam pula.
Pemasarannya? Tidak hanya jago kandang, tetapi sudah memenuhi permintaan dari berbagai daerah di Indonesia dan bahkan luar negeri.
Untuk pemasarannya, Suyud menegaskan, lebih mengandalkan pemasaran melalui online dan memenuhi permintaan pesanan.
Sementara itu, menghadapi perhelatan akbar Asian Games di Jakarta dan Palembang, Suyud mengaku pada Juli 2017 lalu, telah dihubungi salah satu EO (event organizer) Asian Games. "Diminta untuk membuat boneka maskot Asian Games," katanya.
Ia pun kemudian mengirimkan boneka yang diminta, Bhin Bhin, Atung, dan Kaka. Tidak hanya sekali, tetapi beberapa kali, karena harus revisi untuk mencapai kesempurnaan.
Sebagaimana yang disodorkan, Bhin Bhin merepresentasikan burung cantik asal Papua, cendrawasih. Dalam bentuk boneka, Bhin Bhin mengenakan rompi dengan motif khas Asmat, di bagian belakang terdapat ekor dan di bagian pipi terdapat model bulu serta warnanya pun banyak warna, sehingga sulit untuk dibuat sebagai boneka. "Tetapi kami dapat menyelesaikannya dengan baik," katanya.
Sedangkan Atung adalah representasi rusa bawean yang mengenakan kain tumpal khas Betawi. Sementara Kaka merepresentasikan badak sunda
(rhinoceros sondaicus) yang dalam penampilan di boneka lebih sederhana ketimbang dua lainnya.
Menurut Suyud, dari tiga maskot tersebut, Bhin Bhin merupakan yang tersulit pembuatannya. Kenapa? Karena banyak pernak-perniknya yang harus tetap dibuat secara detail. "Mungkin perancangnya tidak terlalu memperhatikan," katanya.
Meski demikian, Suyud mengaku telah menyelesaikan ratusan ribu boneka maskot Asian Games 2018 dan sebagian besar sudah dikirim ke para pemesan.
Berapa harga boneka tersebut?. Suyud mengatakan jalau di luaran memang mencapai di atas Rp200 ribu per set. Namun, jika pesan ke clamby.com harganya sekitar Rp120.000 per set. "Satu set berarti tiga boneka, Bhin Bhin, Atung dan Kaka," katanya.
Diakui, untuk saat-saat sekarang permintaan sudah sedikit menurun jika dibanding dengan beberapa waktu sebelumnya. Meski demikian, ia berharap permintaan akan meningkat lagi seiring dengan meningkatnya kegairahan masyarakat untuk menyambut dan mengikuti laga olah raga terbesar di Asia ini. (A-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved