Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Mengenal Trio Maskot Asian Games dari Wirobrajan

Agus Utantoro
31/7/2018 20:30
Mengenal Trio Maskot Asian Games dari Wirobrajan
(MI/Agus Utantoro )

DI rumah yang tidak terlalu besar di ujung Jalan Abimanyu, Wirobrajan,  Kota Yogyakarta ini, Suyud Ahmad Sahal, pria kelahiran Pati, Jawa Tengah,  27 tahun yang lalu itu telah menghasilkan puluhan dan bahkan ratusan ribu boneka. Model atau macam boneka yang dibuat pun beraneka ragam, baik yang  berukuran kecil hingga yang dapat dikenakan orang dewasa.

Kepada Media Indonesia, Suyud yang sempat berpindah-pindah tempat ini  mengaku, memilih menekuni usaha pembuatan boneka karena tingkat  kerumitannya yang tinggi serta tidak mudah ditiru atau dijiplak oleh  lain.

"Sulit meniru pembuatan boneka, berbeda dengan produk lainnya yang dapat dengan cepat digandakan," katanya.

Untuk menyelesaikan pembuatan aneka produknya itu, Suyud mengaku  mempekerjakan beberapa orang karyawan. Produk yang dihasilkan di bawah bendera Clamby International ini memang  beragam. Tidak hanya boneka saja, tetapi juga bantal print, souvenir  ulang tahun, baby born dan sebagainya. Bahkan pula ia juga menyelesaikan  berbagai pesanan bordir menggunakan mesin.

Bantal yang dihasilkan pun beragam, ada bantal duduk, bantal leher,  bantal dadu, bantal print dan bantal love dengan ukuran yang  bermacam macam pula.

Pemasarannya? Tidak hanya jago kandang, tetapi sudah memenuhi permintaan dari berbagai daerah di Indonesia dan bahkan luar negeri.

Untuk pemasarannya, Suyud menegaskan, lebih mengandalkan pemasaran  melalui online dan memenuhi permintaan pesanan.

Sementara itu, menghadapi perhelatan akbar Asian Games di Jakarta dan  Palembang, Suyud mengaku pada Juli 2017 lalu, telah dihubungi salah satu EO (event organizer) Asian Games. "Diminta untuk membuat boneka maskot Asian Games," katanya.

Ia pun kemudian mengirimkan boneka yang diminta, Bhin Bhin, Atung, dan  Kaka. Tidak hanya sekali, tetapi beberapa kali, karena harus revisi untuk mencapai kesempurnaan.

Sebagaimana yang disodorkan, Bhin Bhin merepresentasikan burung cantik  asal Papua, cendrawasih. Dalam bentuk boneka, Bhin Bhin mengenakan rompi  dengan motif khas Asmat, di bagian belakang terdapat ekor dan di bagian  pipi terdapat model bulu serta warnanya pun banyak warna, sehingga sulit  untuk dibuat sebagai boneka. "Tetapi kami dapat menyelesaikannya dengan  baik," katanya.

Sedangkan Atung adalah representasi rusa bawean yang mengenakan kain  tumpal khas Betawi. Sementara Kaka merepresentasikan badak sunda 
(rhinoceros sondaicus) yang dalam penampilan di boneka lebih sederhana  ketimbang dua lainnya.

Menurut Suyud, dari tiga maskot tersebut, Bhin Bhin merupakan yang  tersulit pembuatannya. Kenapa? Karena banyak pernak-perniknya yang harus tetap dibuat secara detail. "Mungkin perancangnya tidak terlalu  memperhatikan," katanya.

Meski demikian, Suyud mengaku telah menyelesaikan ratusan ribu boneka  maskot Asian Games 2018 dan sebagian besar sudah dikirim ke para  pemesan.

Berapa harga boneka tersebut?. Suyud mengatakan jalau di luaran memang  mencapai di atas Rp200 ribu per set. Namun, jika pesan ke clamby.com  harganya sekitar Rp120.000 per set. "Satu set berarti tiga boneka, Bhin  Bhin, Atung dan Kaka," katanya.

Diakui, untuk saat-saat sekarang permintaan sudah sedikit menurun  jika dibanding dengan beberapa waktu sebelumnya. Meski demikian, ia berharap permintaan akan meningkat lagi seiring dengan meningkatnya kegairahan  masyarakat untuk menyambut dan mengikuti laga olah raga terbesar di Asia  ini. (A-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Agus Triwibowo
Berita Lainnya