Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
INDUSTRI galangan kapal kayu di beberapa daerah di pantura Jawa Tengah seperti Pekalongan, Batang, dan Sarang (Rembang) kembali menggeliat. Industri tersebut membawa angin segar karena kapal kayu menjadi kebutuhan nelayan untuk mencari ikan.
Di sebuah kampung wilayah Sarang tepian pantai Rembang, puluhan orang sedang sibuk membuat kapal kayu. Suara gergaji dan pukulan palu terdengar nyaring. Di tengah sengatan matahari, mereka tetap tekun bekerja menyelesaikan kapal kayu tersebut.
Kapal-kapal kayu berukuran besar yang baru setengah jadi sudah terlihat megah. Ditambah dengan pilar-pilar kayu berukuran besar membentang dari depan hingga belakang.
"Pilar-pilar ini nantinya untuk menempatkan mesin kapal dan penyangga utama sehingga harus kuat dan tidak mudah rapuh," kata Rahardi, 41, tukang kayu di galangan itu.
Panjang dan lebar serta ketinggian kapal kayu di galangan Sarang, Rembang, yang dibuat cukup bervariasi, sesuai dengan jenis, tonase, dan bentuk yang dikehendaki. Seperti kapal mini poursein 25 gross tonnage (GT) memiliki panjang 22 meter, lebar 5,6 meter, dan tinggi 2,2 meter. Bahkan ada kapal berukuran lebih besar lagi hingga dua-tiga kali lipat, disesuaikan dengan kapasitas mesin yang mencapai 60-120 GT.
Pesanan kapal dari luar Jawa, seperti Sumatra, Kalimantan, hingga Papua cukup banyak. Sayangnya industri kapal di Sarang ini tidak bisa memproduksi kapal dengan cepat sebab hampir sebagian besar kapal dikerjakan secara manual oleh tangan-tangan terampil.
"Tenaga kerja untuk industri kapal di sini hampir 30% berasal dari luar Jawa seperti Makassar sebab tenaga kerja ahli di bidang ini terbatas," kata Rasnadi, koordinator Komunitas Pecinta Kapal Tradisional (KPKT) Rembang.
Setiap galangan hanya mampu memproduksi empat hingga enam kapal per tahun. Adapun stok bahan baku berupa kayu didatangkan khusus dari Kalimantan. Pesanan kapal tidak melulu kapal ikan. Kapal penumpang rute dekat maupun kapal barang yang biasa melayani rute Semarang-Kalimantan seperti kapal latar motor juga dipesan di industri kapal Sarang.
Harga kapal kayu bervariasi sesuai dengan jenis, bentuk, dan kelengkapan yang dikehendaki pemesan. Seperti kapal ikan dengan bobot mati 10-150 GT dijual dengan harga Rp1 miliar hingga Rp2 miliar. "Namun, untuk kapal lebih kecil dengan tonase 25 GT, harganya berkisar Rp250 juta hingga Rp450 juta," kata pemilik usaha galangan kapal UD Jati Pagar Nusa itu.
Industri galangan kapal di sepanjang pantura Lasem-Sarang telah ada sejak abad ke-16. Bahkan industri tersebut pernah mengalami masa kejayaan saat Belanda berkuasa, dengan bahan utama kayu jati.
Namun, selaras dengan semakin sulitnya mendapatkan kayu jati, belasan galangan kapal di daerah itu memilih menggunakan bahan dasar kayu yang didatangkan dari Kalimantan. "Meskipun sekarang ini kapal berbahan besi dan baja tumbuh, kapal kayu juga tumbuh dengan pangsa pasar tersendiri," kata pengusaha galangan kapal kayu lainnya, Daryoko. .
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved