Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
SORE hari, Kamis (5/7), udara di dataran tinggi Dieng, tepatnya di perbatasan Banjarnegara-Wonosobo, Jawa Tengah, lebih dingin daripada biasanya. Bahkan ampak-ampak atau kabut tebal juga muncul lebih sering.
Bagi Saroji, 53, seorang petani di Desa Dieng Kulon, berdasar ilmu titen atau pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kondisi ini adalah pertanda munculnya bun upas atau embun beku, meski dia juga agak ragu karena biasanya jarang terjadi di awal kemarau.
Firasatnya benar. Jumat (6/7), ia berkeliling di sekitar kompleks Candi Arjuna. Dia pun melihat lapisan es putih menghampar menyelimuti tanaman kentang. Tidak hanya di Dieng Kulon, hal itu juga menimpa Desa Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Wonosobo.
“Benar juga, bun upas datang lebih cepat. Saya coba mengecek di areal yang ditutup plastik hitam. Di atas plastik ada es bening seperti kaca,” kata Saroji saat ditemui di Dieng, kemarin.
Saroji mengaku hanya bisa pasrah sebab mengantisipasi embun beku cukup sulit. Bisa dengan menutup kentang menggunakan plastik, tetapi dampaknya tanaman tidak maksimal buahnya.
“Langkah yang umum dilakukan petani ialah menanam kentang lebih cepat supaya kentang sudah berumur cukup dewasa ketika masuk musim kemarau dan kuat menahan bun upas. Tapi apa daya, bun upas datang lebih awal,” katanya.
Embun beku itu berdampak pada tanaman kentang miliknya. “Produksinya dipastikan turun 50%. Areal seluas 100 m2 yang biasanya menghasilkan 1 ton kini kemungkinan mendapatkan 500 kg saja,” katanya.
Petani lainnya, Umar, 35, juga mengaku merugi. “Untuk 1 hektare (ha) tanaman kentang, butuh modal Rp40 juta-Rp60 juta. Kalau semuanya puso, petani merugi sebanyak itu juga. Padahal potensi penghasilan panen seluas 1 ha dapat mencapai Rp100 juta,” ungkapnya.
Umar lalu memperlihatkan kondisi tanaman kentang kalau terkena embun beku. Daun dan dahan jadi layu dan mengering.
Kepala Desa Dieng Kulon, Slamet Budiono mengatakan, total luas ladang tanaman kentang yang terkena bun upas mencapai sekitar 35 ha. “Kami belum tahu apa nanti masih ada embun beku atau tidak. Berdasar pengalaman, embun beku tidak hanya turun sekali,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara, Setyoajie Prayoedhi mengungkapkan, suhu berubah signifikan di awal musim kemarau. “Akibat langsungnya ialah munculnya fenomena embun es di Dieng,” jelasnya.
Dia mengatakan, petani dapat mengantisipasinya dengan mengatur pola tanam dengan memanfaatkan info iklim BMKG. “Petani juga jadi bisa memilih dan menanam varietas tanaman yang sesuai dengan kondisi cuaca di saat sekarang,” tambahnya. (X-11)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved