6 Kecamatan di Kupang Selalu Terisolasi Kala Hujan Datang
Palce Amalo
05/2/2015 00:00
()
MUSIM penghujan di Nusa Tenggara Timur, seharusnya menjadi berkah bagi warga. Tapi, sekitar 52 ribu warga di enam kecamatan, di Kabupten Kupang, merasakan hal yang berbeda.
Sejak 70 tahun lalu, musim penghujan selalu mendatangkan banjir besar. Akibatnya, warga di enam kecamatan, yakni Amfoang Timur, Amfoang Utara, Amfoang Selatan, Amfoang Barat Laut, Amfoang Barat Daya, dan Amfoang Tengah, menjadi terisolasi.
Banjir yang mengurung wilayah seluas 1.679 kilometer persegi itu membuat warga tidak bisa ke mana-mana, termasuk pelajar dan guru tidak bisa ke sekolah.
Itu terjadi karena wilayah ini dilintasi sedikitnya 100 sungai besar dan kecil yang selalu meluap pada musim hujan. Tidak ada jembatan sehingga untuk menyeberang, warga harus rela menunggu sampai sungai dan banjir surut.
"Sungai yang masih meluap, membuat warga tidak bisa menyeberang," kata Anggota DPRD Kabupaten Kupang Deasy Ballo, tadi pagi.
Pada musim kemarau, jarak dari Kota Kupang ke Amfoang sekitar 150 kilometer, bisa ditempuh dengan kendaran roda dua dan empat selama satu hari. Hal ini disebabkan ruas jalan yang belum beraspal.
Kondisi ini menjadi salah satu alasan warga di enam kecamatan itu mengusulkan pembentukan daerah otonomi baru, Kabupaten Amfoang. "Tidak ada kepentingan politik. Ini murni untuk mendekatkan pelayanan dan pembangunan untuk masyarakat," papar mantan Raja Amfoang Robi Manoh.
Ketua DPRD NTT Anwar Pua Geno menyatakan usulan pemekaran Amfoang wajib didukung anggota dewan. "Wilayah Amfoang layak menjadi calon daerah otonom baru. Kami akan mendukung dan memperjuangkan aspirasi masyarakat." (N-3)