Headline
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
HIDUP dalam keterbatasan ekonomi, Imas Masithoh, 42, masih bisa berbuat sesuatu untuk mengurus ratusan anak kurang mampu. Ibu rumah tangga asal Kampung Cibungur, Desa Batujajar Timur, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat itu mendirikan panti asuhan 5 tahun lalu yang dinamai Raudhatul Amanah.
Saat mendirikan panti asuhan itu, Imas harus bekerja keras menghidupi anak-anak yang diasuhnya. Sumber keuangannya dari menjual keset buatannya sendiri, menitipkan gorengan, dan kue buatan sendiri ke warung-warung.
"Lima tahun lalu itu masa-masa sulit. Saya berjualan keset, kue, dan gorengan untuk menghidupi anak-anak yatim ini. Saya cari penghasilan mulai dari keuntungan Rp50 hingga Rp1.000 dari jual keset dan gorengan yang dititipkan di warung dan dijual berkeliling," ungkap Imas saat ditemui Media Indonesia di rumahnya, Minggu (20/5).
Bila masih kurang uang yang diperoleh dari berjualan, Imas akan menjual botol bekas, gelas bekas air mineral, dan kardus. "Saya lakukan demi membiayai anak-anak yang saya cintai," tambahnya
Awal mula ia mendirikan panti asuhan pada 2012 setelah bapaknya meninggal dunia.
"Setelah ditinggal bapak selama-lamanya, saya mencoba ingin merasakan gimana rasanya kalau anak-anak kurang mampu ini kehilangan orang yang
dicintainya. Dari situ saya mulai tumbuh rasa mencintai mereka," ujarnya sambil menitikkan air mata.
Awalnya hanya tujuh anak yang ia asuh. Namun, sekarang jumlah anak asuhnya sekitar 100 anak. Rumah Imas dijadikan tempat penampungan anak-anak panti asuhan ini. Dengan bertambah jumlah anak asuh, Imas kemudian memindahkan rumah panti asuhan ke rumah lebih luas. "Saya menyewa rumah dengan biaya kontrak Rp700 ribu per tahun," terangnya.
Anak-anak yatim piatu dari kalangan tidak mampu ini mendapat fasilitas makan, tidur, dan bersekolah.
Imas terus berupaya agar panti asuhannya bertahan. Bahkan, saking sibuknya ia mencari uang untuk menutupi kebutuhan anak-anak asuhnya, Imas pernah sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Bahkan, ia pernah berkeinginan untuk membubarkan panti asuhan itu. Namun, di tengah kegalauannya, Imas percaya bahwa selalu ada rezeki untuknya dengan campur tangan Tuhan. Imas hanya ingin anak-anak yang diasuhnya bisa meraih cita-cita dan berguna bagi nusa dan bangsa.
Hingga kini selalu ada donatur yang membantu panti asuhannya tetap bertahan. Jumlah anak asuh pun terus bertambah. Banyaknya anak asuh yang ikut dengannya, Imas pun membuat peraturan baru. "Panti asuhan hanya bisa menampung 22 anak. Sisanya dipulangkan ke rumah keluarga. Seminggu sekali kami menengok anak-anak itu. Mereka tetap mendapatkan haknya seperti anak-anak panti asuhan lainnya," jelasnya.
Di akhir perbincangan, Imas teringat ucapan salah satu anak asuhnya. "Dia berjanji akan meneruskan panti asuhan ini bila saya meninggal dunia," ujar Imas dengan haru.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved