Headline
DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.
DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
SAMPAH plastik di kawasan wisata Nemberala di Kecamatan Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi sorotan. Padahal, kawasan wisata di ujung barat Pulau Rote itu ditetapkan pemerintah sebagai lokasi selancar paling populer di Indonesia sejak 2016. Keberadaan sampah plastik d pesisir pantai tersebut merusak lingkungan dan membahayakan mamalia laut.
"Keindahan dan estetika pantai dan bawah laut, serta potensi gelombang juga telah dimanfaatkan untuk aktivitas selancar oleh turis. Namun, pengelolaan sampah plastik, kerusakan ekosistem terumbu karang akibat aktivitas destructive fishing (praktek penangkapan ikan dengan cara-cara merusak) dan pengambilan pasir pantai merupakan isu penting di desa Nemberala," kata Kepala Balai Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Ikram Sangadji kepada wartawan di Pantai Wisata Nemberala, Minggu (29/4).
Untuk membebaskan lokasi itu dari masalah sampah plastik, BKKPN menggelar kegiatan Conservation Goes to School (CGtS) di Sekolah Dasar (SD) Inpres Anda Iko, Desa Nemberala Kabupaten Rote Ndao, Sabtu (28/4). Kegiatan ini diikuti 75 siswa kelas 5 dan 6.
Ikram mengatakan kegiatan tersebut merupakan wujud kepedulian Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan BKKPN untuk menanamkan rasa cinta laut sejak dini kepada siswa SD sebagai generasi yang nantinya memafaatkan dan mengelola lokasi wisata.
Sebelum diperkenalkan tentang bahaya sampah plastik, BKKPN menggali informasi dari siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman mereka tentang ekosistem terumbu karang, yang dilakukan melalui metode kuisioner dan pertanyaan terbuka.
Hasilnya menurut Ikram, memperlihatkan 85% siswa telah mengetahui dan memahami ekosistem terumbu karang, penyebab kerusakan dan dampak dari kerusakan tersebut. Sedangkan pengenalan mengenai jenis ikan dan biota laut yang dilindungi 95%. Namun, 40% siswa belum mengetahui status perlindungan ekosistem dan terumbu karang secara baik.
Selanjutnya dilakukan pemutaran video dan peragaan poster tentang konservasi ekosistem dan jenis ikan yang dilindungi, untuk mendorong minat siswa memberikan pertanyaan terkait konservasi.
Menurut Ikram, pengukuran pemahaman siswa tentang sampah plastik dan dampaknya terhadap kehidupan dan keberlangsungan ekosistem laut hasilnya masih sangat rendah. Karena itu, materi bersama peragaan poster dan stiker tentang marine debris (sampah laut) yang diajarkan kepada siswa, diserahkan kepada guru, yang nantinya digunakan sebagai bahan ajar di kelas.
"Selama kurang lebih dua jam, CGtS bersama guru dan siswa telah memberikan pemahaman dan penyadaran sekaligus sebagai pesan berantai kepada siswa di lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga tentang bahaya sampah plastik," ujarnya.
Kegiatan CGtS untuk menanamkan rasa cinta laut sejak dini kepada siswa tersebut, dilakukan 2016 dalam wilayah Taman Nasional Perairan Laut Sawu.
Sampai April 2016, kegiatan ini menjangkau 115 sekolah dengan sasaran 7.475 siswa SD dan SMP. Jika pesan berantai ini dapat tersampaikan, diharapkan penyebaran informasi tentang konservasi dan rasa cinta laut sejak dini menjadi luas, tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi juga di masyarakat.
Trisia Anugerah Frans, siswa kelas 6 SD Negeri Anda Iko yang ikut dalam kegiatan tersebut mengaku memperoleh pengetahuan baru tentang konservasi dan ekosistem laut.
"Kami baru tahu dan sadar bahwa kebersihan pantai harus dijaga karena itu sangat penting. Kalau ada sampah plastik, akan masuk ke laut dan merusak terumbu karang," kata Trisia.
Menurut Trisia, ia bersama teman-temannya baru mengenal mamalia yang dilindungi antara lain penyu, pari manta, lumba-lumba, dan paus. Mamalia tersebut banyak ditemukan di pesisir pantai Nemberala. Penyelam dari berbagai negara datang ke sana untuk berenang bersama pari manta dan bermain dengan lumba-lumba.
"Dulu orang-orang tangkap penyu yang mau bertelur di pantai. Tetapi sekarang aktivitas penangkapan penyu tidak ada lagi karena dilarang," katanya.
Dari sekolah, kegiatan dilanjutkan dengan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengelolaan Lingkungan yang diikuti 120 petani rumput laut di pesisir pantai wisata Nemberala, aparat pemerintah dari pemerintah daerah, serta camat dan lurah.
Pihak BKKPN juga menyerahkan peralatan seperti bak penampungan sampah plastik sementara, sapu, dan sekop kepada warga dan pemerintah desa sebelum dilanjutkan aksi membersihkan pesisir pantai.
"Kegiatan pembersihkan sampah di pantai untuk meningkatkan pemahaman sekaligus membangun komitmen bersama masyarakat tentang penyelamatan potensi komperatif pariwisata, alam perairan dan potensi sumber daya rumput laut," ujarnya. (X-10)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved