Headline
DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.
DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
DINAMAKAN Pulau Kucing karena dulunya pulau ini memang menjadi tempat pembuangan kucing liar oleh masyarakat yang berdomisili di Sanana, Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Sula, Maluku Utara. Seiring dengan perjalanan waktu, kucing buangan tersebut membentuk koloni dari jumlah hanya beberapa ekor menjadi puluhan.
Saat menginjakkan kaki di pulau yang hanya berjarak sekitar 15 menit naik perahu mesin dari Desa Fukweu, Kecamatan Sanana Utara, puluhan kucing terlihat sedang merebut sisa makanan yang ditinggalkan wisatawan yang berkunjung.
Dalam empat bulan terakhir, wajah Pulau Kucing yang tidak berpenghuni dan seluas hanya beberapa hektare itu sudah berubah total setelah dibenahi warga desa sebagai tempat tujuan wisata. Sekarang Pulau Kucing sudah menjelma menjadi tempat tujuan wisata bagi masyarakat Kabupaten Kepulauan Sula yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Fukweu.
Dengan membayar ongkos transportasi perahu mesin dari dermaga Desa Fukweu sebesar Rp 10 ribu pergi-pulang, wisatawan bisa menikmati suasana santai di gazebo di pinggir laut sambil berkaraoke. Jaringan listrik dialiri melalui kabel dalam laut dari Fukweu membuat pulau tersebut menyala 24 jam.
Subandi, pemuda Desa Fukweu yang juga pengelola kawasan wisata Pulau Kucing mengatakan wisata di pulau itu dikelola secara swadaya oleh pemerintah desa dan masyarakat. “Sejak dibuka empat bulan lalu, pemuda desa yang sebelumnya menganggur bisa berpenghasilan dari usaha seperti menjadi penyedia sarana transportasi.”
Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Kucing terbilang ramai. Pada Sabtu dan Minggu serta hari libur, ada sekitar 200 pengunjung. “Saat tahun baru dan Lebaran bisa mencapai 2.000 orang,” ujar Subandi.
Sebagai daerah yang baru dimekarkan, Kabupaten Kepulauan Sula dan potensi wisata yang ada memang belum banyak dikenal. “Kendala tentu saja infrastruktur seperti bandara yang belum memadai, selain akomodasi dan SDM,” kata Bupati Kepulauan Sula Hendrata Thes.
Hendrata mengaku terus merangkul seluruh elemen masyarakat untuk mengembangkan pariwisata di daerahnya. Misal, para pemuda yang bergabung dalam Bumdes tersebut terus mengembangkan atraksi wisata yang ada di Pulau Kucing, seperti yang terlihat saat kunjungan Bupati Hendrata, menjelang dimulainya Festival Maksaira.
Selain dibangun beberapa gazebo yang dihubungkan jembatan kayu berbentuk hati, juga disediakan wahana perahu bebek untuk anak-anak. Di puncak bukit setinggi 25 meter, sekelompok anak muda terlihat sedang membangun pelataran dari kayu dan berbentuk kapal menghadap laut lepas.
Maksaira, oleh masyarakat Sula dimaknai sebagai gotong royong untuk membangun kebersamaan demi kemajuan bersama. (N-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved