Selimut Minyak Pertamina di Perairan Balikpapan sudah Menipis

Cahya Mulyana
07/4/2018 14:05
Selimut Minyak Pertamina di Perairan Balikpapan sudah Menipis
(AFP)

MINYAK bekas kebocoran dari pipa yang melumap di Teluk Balikpapan mencapai 13 ribu hektare dengan ketebalan yang sudah menipis berdasarkan data hasil pantauan satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).

"Berdasarkan pantauan satelit Lapan, penyebaran tumpahan minyak saat ini terpantau sudah menipis. Minyak-minyak itu mengendap di bawah rumah panggung warga dan menyerap ke kayunya. Nempel kalau malam baunya sangat menyengat," kata Dirjen Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rasio Ridho Sani saat menghadiri diskusi di Jakarta, Sabtu (7/4).

Menurut dia, dari sebaran minyak tersebut terdapat beberapa titik dengan lapisan minyak yang tebal. Titik itu umumnya berada di wilayah tambak udang dan pemukiman. KLHK telah menurunkan tim pengawas selain tim investigasi untuk mendorong Pertamina segera menanggulangi tumpahan tersebut.

"Mereka juga harus memonitor lewat udara dan mencari teknik untuk membersihkan minyak yang masih nempel," tegasnya. 

Ia menegaskan, KLHK s?ejak mendapat informasi terjadi tumpahan minyak di Teluk Balikpapan langsung menurunkan tim investigasi.

"Langsung kami bersama pihak terkait untuk menentukan langkah penanganan termasuk dengan Pertamina. Langkah awal diambil adalah menanggulangi dampak dengan oil boom untuk membatasi pergerakan minyak, karena jumlahnya banyak masih ada yang lolos. Tim kami di sana menanggulangi penyebaran minyak yang cukup luas termasuk ke wilayah perumahan," paparnya.

Penyebaran minyaknya ke arah barat yakni Penajem Paser sementara wilayah timur mencapai Sepnggan, dengan luas keseluruhan 13.000 ha. Untuk itu penanggulangan harus segera dilakukan oleh Pertamina selaku pemilik pipa.

"Hal lain, khususnya dampak harus segera ditanggulangi, soal bagaimana bocornya kita lakukan investigasi mendalam," pungkasnya.

Pada Rabu (4/4), tumpahan minyak di Teluk Balikpapan mencemari sekitar 7.000 ha perairan. Minyak  itu juga mengalir dan mencemari teluk di kawasan Kabupaten Penajam Pasir Utara sepanjang 60 kilometer.

Berdasarkan hasil penelitian KLHK, seluas 34 hektare tanaman mangrove di Kelurahan Kringau terdampak. Begitu juga dengan 6.000 tanaman mangrove dan 2.000 bibit mangrove di Kampung Atas Air Margasari.

Dampak pencemaran itu juga sangat dirasakan masyarakat sekitar. Mereka mengeluh mual dan pusing akibat bau minyak yang menyengat.

Penanggulangan telah dilakukan dengan mengamankan minyak dengan oil boom dan membawanya ke pinggir pantai. KLHK juga sudah memberikan dispersant untuk menetralisir ceceran minyak.

Pada 31 Maret, pipa PT Pertamina yang mengalirkan minyak mentah atau crude oil dari Terminal Lawe-lawe ke­ Kilang RU V Balikpapan patah. Tumpahan minyak mengakibatkan kebakaran di perairan Balikpapan dan lima orang dilaporkan tewas. (OL-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya