Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
BALAI Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau menduga bahwa empat ekor beruang madu, yang dibantai dan dikonsumsi oleh warga Kabupaten Indragiri Hilir berasal dari Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT).
"Kami menduga empat ekor beruang (yang dihabisi warga) berasal dari TNBT karena salah satu habitat beruang madu di Riau ada di sana," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono di Pekanbaru, Selasa (3/4).
Sebanyak empat ekor beruang madu (helarctos malayanus) dijerat dan dibunuh oleh warga Kecamatan Tempuling, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.
Pembantaian itu dilakukan pada 31 Maret dan 1 April 2018 lalu. Aksi mereka sempat viral di media sosial dengan mengundang ribuan komentar warganet. Kurang dari 24 jam, tim gabungan Balai Penegakan Hukum Wilayah II KLHK dan Kepolisian akhirnya berhasil mengungkap aksi pembantaian tersebut.
Petugas menangkap empat orang tersangka masing-masing berinisial JS, GS, ZDS, dan E. Seluruhnya merupakan warga setempat yang menjerat dan membunuh satwa dilindungi itu di areal perkebunan sawit Desa Karya Tunas Jaya, Kecamatan Tempuling, Inhil.
Secara umum Suharyono menjelaskan bahwa beruang madu merupakan salah satu jenis satwa yang sering ditemukan dan menyebar di hampir setiap daerah di Provinsi Riau. Akan tetapi, saat ini satwa dilindungi pemerintah dan dunia internasional tersebut cenderung hidup di kawasan konservasi.
"Kalau melihat lokasi kejadian, yang paling dekat itu TNBT, sekitar 60 km dari lokasi kejadian," ujarnya.
Dia menuturkan pihaknya masih mendalami kasus pembantaian tersebut, termasuk motivasi para pelaku yang memasang belasan jerat di areal perkebunan sawit hingga menjerat empat ekor beruang dalam waktu dua hari berturut-turut.
Namun, dia mengatakan dari pemeriksaan sementara, seluruh tersangka mengaku tidak memiliki motivasi lain dalam melakukan aksi pembantaian massal satwa berbulu hitam tersebut. "Pengakuan mereka untuk dimakan bersama-sama. Belum ada unsur untuk perdagangan," ujarnya.
Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) merupakan kawasan konservasi yang terletak di perbatasan antara Propinsi Riau dan Propinsi Jambi. TNBT adalah kawasan hutan tropis dataran rendah dengan ekosistem asli yang masih tersisa di Pulau Sumatra.
Semula, kawasan TNBT merupakan hutan lindung dan hutan produksi terbatas. Meskipun demikian, kondisi hutan dan kekayaan flora dan faunanya relatif masih terjaga.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 607/Kpts-II/2002 tanggal 21 Juni 2002, luas keseluruhan taman nasional ini adalah 144.223 hektar, yang didominasi oleh kawasan perbukitan yang berjajar rapi di bagian timur Pulau Sumatra.
Oleh WWF (World Wildlife Fund), TNBT dianggap sebagai kawasan yang memiliki keragaman flora dan fauna yang paling tinggi di Pulau Sumatera. (A-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved