Pemerintah Terus Edukasi Masyarakat Untuk Atasi Sampah di Laut

RO/Micom
09/3/2018 11:48
Pemerintah Terus Edukasi Masyarakat Untuk Atasi Sampah di Laut
(ANTARA)

PEMERINTAH terus berkoordinasi sengan semua pihak baik pemerintah daerah maupun dunia internasional untuk mencari solusi dalam mengatasi permasalahan sampah di laut, termasuk di perairan Bali. Pemerintah juga terus melakukan edukasi dan sosialisai kepada masyarakat tentang perlunya pengelolaan sampah yang baik dan berkelanjutan.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan sampah plastik di laut seperti yang terjadi di Bali adalah tanggung jawab bersama, karena sampah tersebut bisa berasal dari mana saja.

“Ada kondisi banyak sampah plastik yang terbawa arus laut yang secara periodik muncul di pesisir Bali. Hal ini memerlukan tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah setempat. Indonesia dan semua negara harus sama-sama memerangi sampah, khususnya sampah plastik di laut,” ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) KLHK Rosa Vivien Ratnawati.

Rosa Vivien menegaskan, Indonesia sangat berkomitmen untuk mengelola sampah dengan baik. Komitmen ini bisa dilihat dari terbitnya Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan peraturan turunannya. Pemerintah juga terus menyosialisasikan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 97 tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah, yang menargetkan pengurangan sampah sebesar 30% dan penanganan sampah 70% pada tahun 2025

“Terkait sampah plastik di laut, Presiden Joko Widodo pada G20 Summit tahun 2017 di Jerman telah menyampaikan komitmen bahwa Indonesia akan mengurangi limbah melalui reduce-reuse-recycle sebanyak 30% dan menargetkan pengurangan sampah plastik di laut sebanyak 70% pada 2025,” tandasnya.

Menurut Rosa Vivien, komitmen tersebut ditindaklanjuti dengan penyusunan Perpres tentang Rencana Aksi Nasional Pengelolaan Sampah di Laut yang dikoordinir oleh Menteri Koordinator bidang Maritim dan secara bersamaan dilaksanakan aksi pengurangan sampah di laut di 26 kota yang memiliki pantai atau sungai besar.

“Kegiatan bersama masyarakat ini telah terlaksana di Surabaya, Manado, Jakarta Utara, Denpasar, Banjarmasin, serta direncanakan akhir Maret dan April di Labuan Bajo dan Palembang,” imbuhnya.

Lebih lanjut Rosa Vivien memaparkan, sudah banyak upaya yang dilakukan untuk mengatasi sampah, termasuk di Bali. Di antaranya inisiasi oleh KLHK untuk pengurangan sampah kemasan bekerja sama dengan Aqua Danone dan Tetra Pak di Bali dengan menyediakan sejumlah drop box untuk menampung kemasan botol plastik dan karton minuman.

Di Pantai Kuta, Bali, setiap hari sampah dibersihkan, walaupun sampah yang datang juga banyak dan untuk mengatasi hal itu Coca Cola membantu menyumbang tempat sampah dan truk pengangkut sampah. Beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat di Bali juga sudah membuat gerakan kurangi kantong plastik.

Bantuan juga datang dari dunia internasional, antara lain dari World Bank bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Maritim yang melakukan kajian sampah plastik di laut di 20 lokasi, satu di antaranya Bali.

Rosa Vivien mengakui, untuk mengatasi sampah yang berada di perairan memang bukan hal mudah. Ocean Foundation telah melakukan percobaan memasang jaring dan menghisap sampah-sampah di laut, namun upaya ini butuh biaya tidak sedikit jika Indonesia mencoba melakukan hal yang sama.

Bali kembali menjadi sorotan dunia setelah beredar video yang memperlihatkan lokasi perairan Nusa Penida penuh dengan sampah plastik. Video yang diunggah penyelam asal Inggris, Rich Horner, di laman Facebook-nya pada 3 Maret 2018 tersebut dalam waktu singkat viral di media sosial dan menjadi perbincangan di level nasional maupun internasional. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya