Headline
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Stunting dan kurang gizi juga menjadi salah satu soal di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Pekan lalu, aparatur daerah itu merilis temuan bahwa 238 anak di sejumlah desa menderita gizi buruk. “Itu ternyata salah data. Kepala Dinas Kesehatan Wonogiri sudah mengklarifikasi itu human error,” tutur Bupati Wonogiri Joko Sutopo kepada Widjajadi dari Media Indonesia.
Lebih jauh dia mengungkapkan,
Bisa Anda jelaskan soal kabar 238 anak menderita gizi buruk?
Itu salah data. Ada human error. Tidak masalah, yang terpenting sebagai kepala daerah, saya harus cepat mengetahui permasalahan sebenarnya dan tidak akan menyampaikan sesuatu ke rakyat berdasar data yang sifatnya spekulatif. Soal pelayanan kesehatan, Wonogiri menempati rangking 11 dari 35 kabupaten di Jawa Tengah untuk pelaksanaan program pemberian gizi terbaik bagi anak-anak.
Apa daerah ini sudah bebas dari masalah gizi buruk?
Memang masih ada temuan gizi buruk anak di Wonogiri. Ada 22 anak, tetapi 20 dapat ditangani secara baik dan sudah terbebas. Dua anak lainnya kini dalam proses pemulihan setelah aparat kesehatan bekerja cepat, khususnya dalam penambahan asupan gizi yang baik, termasuk penyehatan ibu agar mampu memberikan ASI yang sehat. Kekurangan gizi juga masih ditemukan di sejumlah desa. Kami terus berusaha menanganinya, termasuk menurunkan prevalensi stunting. Ada gerakan posyandu dan gerakan masyarakat hidup sehat yang digelar di perdesaan.
Anggaran yang disediakan untuk masalah itu?
Dalam menentukan anggaran, kami mengacu pada data dan indikator yang ada. Tahun ini, pos penanganan gizi buruk mendapat alokasi Rp60 juta. Itu cukup untuk menuntaskan jumlah penderita yang hanya 22 anak karena semua kini sudah dalam pemulihan. Kecuali terjadi kejadian luar biasa, kami bisa mendahuli perubahan anggaran. Kami juga masih memiliki dana Silpa sebesar Rp33 miliar. Tentu ini sangat lebih dari cukup mengatasi kondisi tidak terduga yang muncul di lapangan. Di puskesmas juga ada dana untuk asupan gizi, juga pemerintah desa ada anggaran pelayanan kesehatan. Insya Allah, sepanjang kami mengabdi dengan tulus dan ikhlas, setiap persoalan yang muncul bisa secepatnya diatasi dengan cara birokrasi dan gotong royong masyarakat desa. (N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved