Headline
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
TREN minum kopi di masyarakat semakin meningkat dan digemari banyak kalangan. Tak pelak semakin menjamurnya gerai-gerai yang menyajikan kopi dari berbagai daerah di Tanah Air sebagai menu utamanya.
Salah satunya Sekopi atau sekolah kopi di Kedai Sekopi, The Breeze, BSD City, Tangerang. Tempat ini bak surganya kopi Indonesia. Saat memasuki kedai kopi ini, Anda akan melihat peta kopi Indonesia sehingga Anda tidak perlu penasaran atau terbang ke daerah itu untuk melihat keunikan kopi itu.\
Sekopi hadir dengan semangat Kopi Tanah Air Kita, sejalan dengan semboyan “Great Farmers, Great Coffee, Barista & Baracik, Great Nation”. Sejak 2012, Komunitas Kopi Tanah Air Kita bekerja sama dengan Kementerian Desa untuk membina petani kopi di desa dan daerah terpencil melalui Sekolah Kopi Tanah Air Kita. Pemilik Sekopi, Rudi Ersan, mengatakan Sekopi menempatkan diri sebagai pusat entrepreneur kopi dengan pendampingan dan pembinaan pada petani-petani kopi lokal. Terlebih Sekopi sudah bisa ditemukan di sentra penghasil kopi, seperti Toraja (Sulawesi Selatan), Malabar (Jawa Barat), dan Lampung.
“Masih banyak daerah yang menghasilkan kopi dengan kualitas baik namun tidak mampu berkembang. Di Gorontalo ada Kopi Pinogu, sejak 1900-an sudah disajikan untuk Ratu Wilhelmina. Tapi sekarang, kopi itu terasingkan. Bahkan, pohon kopinya mau ditebang karena sudah tidak ada lagi nilai ekonomisnya,” jelasnya. Di Kedai Sekopi memiliki hampir 70 jenis kopi Nusantara, di antaranya kopi gayo, kopi sidikalang, kopi mandailing, kopi lintong, kopi tapanuli selatan, kopi mamaku lampung, kopi malabar, java worosalam, peaberry java, kopi arjuna jatim, kopi ijen, kopi kintamani, kopi flores, robusta makassar, liberica kerinci, kalosi toraja, kopi wamena, kopi papua, dan arabika moenemani.
Ada juga beberapa pilihan kopi mengunakan manual brewing, seperti kopi tubruk, kopi tungkup, kopi tetes, kopi kukup (disajikan dengan gelas terbalik), kopi siram, kopi press, kopi press angin, dan kopi kawa daun, sedangkan untuk mesin, ada espresso, cappuccino, latte, moccacino, cascana, dan chocolate.
Ubah nilai kopi
Lebih lanjut, Rudi mengatakan, sejak dahulu Indonesia menikmati kopi kelas tiga, sedangkan kopi kualitas terbaik diekspor. Apalagi, masyakarat tidak mendapatkan edukasi dan kesempatan yang sama. Kondisi itu menjadi peluang bagi segelintir pihak untuk memanipulasi harga kopi di tingkat petani. Bahkan, banyak tahap yang dilalui hingga harga kopi semakin melejit ketika di ekspor. “Misalnya jika dapat orderan dari Inggris, turun ke cukong dari Singapura, ke Jakarta, lalu ke provinsi, kemudian seterusnya hingga ke petani. Harganya yang awalnya US$7-US$8 sampai ke petani menyusut. Bagaimana mau harga bagus, jika begitu banyak lapisan?” sebutnya.
Ia menambahkan, negara juga tidak bisa berperan mengubahnya. Pasalnya, rantai suplai yang dilakukan sejak zaman Belanda itu di kuasai dunia dan berada di Eropa. “Kenapa ini tidak bisa diubah, karena negara tidak memengang supply chain-nya. Tidak ada perlawanan, negara kita hanya ambil green bean dan lepas ekspor,” terangnya. Oleh karena itu, melalui kopi Tanah Air ia akan menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil, pengolah, dan peracik terbesar di dunia.
Industri kreatif
Dengan total 700 suku yang ada, tentunya Indonesia memiliki cara berbeda dalam pengelohan dan cara menikmati kopi. Indonesia seharusnya memiliki wadah dan strategi baru. Sekopi juga memberikan kontribusi dengan membuat konsep industrik kreatif kopi Indonesia (ikki.loh) “Kita akan membangun industri kopi itu dengan basis 15 nomenklatur ikki.loh. Jadi, dari 15 bidang itu pada 2025 akan berputar uangnya sebanyak 1.000 triliun. Kopi industri kreatif, jika kita jual dan ekspor sana sini tidak ada untungnya,” sebutnya. Optimismenya menjadikan Indonesia sebagai negara terbesar industri kreatif kopi berdasarkan letak demografi, bisnis e-commerce lima besar dunia, pasar besar dengan kreativitas, dan memiliki varian kopi terbanyak di dunia.
“Kita kasih ring of fire atau kopi gunung berapi, kita satu-satu negara penghasil 124 kopi gunung berapi terbesar di dunia. Bahkan, hampir 10 ribu desa penghasil kopi, apa lagi?” lanjutnya. Apalagi, dengan konsep desa wisata dan olah kopi atau dewi sekopi. Menurutnya, menjual kopi juga bisa dibarengi dengan memanfaatkan kebunnya, tentunya sejumlah desa sudah menjalankannya. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved