Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Gini Ratio DIY Tertinggi se-Indonesia

Ardi Teristi Hardi
04/1/2018 15:50
Gini Ratio DIY Tertinggi se-Indonesia
(ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

KESENJANGAN pendapatan (gini ratio) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) lebih tinggi daripada nasional, bahkan tertinggi se-nasional. Berdasar data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), angka gini ratio perkotaan dan pedesaan DIY pada semester kedua 2017, yaitu sebesar 0,440, sedangkan nasional 0,391.

Menurut Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto, kesenjangan yang terjadi di DIY membutuhkan perhatian bersama. Langkah dan program kebijakan pemerintah perlu didorong untuk mempercepat dan mengurangi angka kemiskinan.

"Besaran angka gini ratio 0,44, naik dari 0,43 di triwulan I 2017 di DIY memang mengejutkan, terlebih DIY sudah mendapatkan tambahan alokasi anggaran lewat dana keistimewaan yang dalam lima tahun terakhir sudah sebesar Rp2,6 triliun," kata dia, Kamis (4/1).

Memasuki 2018, Eko berharap, seluruh jajaran pemda DIY bisa mendorong dan menjalankan program kegiatan yang fokus untuk kesejahteraan rakyat. Pembangunan diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Eko memberi masukan, prioritas kegiatan dan anggaran digunakan untuk pemberdayaan petani, jasa perdagangan, pelaku umkm dan usaha jasa pariwisata. Ia berharap sektor swasta bergerak khususnya usaha yang menyerap tenaga kerja. Pemda juga dapat fasilitasi berbagai pendidikan dan pelatihan untuk lahirkan wirausaha yang baru maupun memperkuat pelaku usaha yang telah ada.

"Kita percaya masyarakat jogja punya etos kerja yang hebat," pungkas Eko Suwanto.

Sementara itu, Sekda DIY, Gatot Saptadi menegaskan, Pemda DIY fokus untuk mengurangi kesenjangan itu.

"Data BPS kami jadikan sebagai dasar menyelesaikan kesenjangan," kata dia.

Oleh sebab itu, komponen kegiatan program berpihak pada pengurangan kemiskinan dan kesenjangan. Kegiatan program diarahkan pada lokasi yang kesenjangannya tinggi, baik di pedesaan maupun di perkotaan.

Fokus kegiatan juga untuk mengurangi kesenjangan, seperti infrasfruktur air minum, pendidikan, peningkatan akses kesehatan, hingga bidang ekonomi akan diprioritaskan guna menipiskan kesenjangan.

Ia pun menargetkan gini ratio DIY minimal bisa lebih kecil dibandingkan nasional.

Sebaliknya, meski gini ratio di DIY tertinggi, dimensi, subdimensi, dan indikantor indeks kebahagiaan di DIY lebih tinggi daripada nasional.

Di tempat terpisah, Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Alissa Qotrunnada Munawaroh atau akrab disapa Alissa Wahid menanggapi, indeks kebahagiaan, belum tentu menggambarkan kualitas kehidupan.

Menurut dia, ketimpangan berkaitan dengan kualitas kehidupan masyarakat, sedangkan kebahagiaan berkaitan dengan perasaan dan cara pandang.

"Jadi, merasa bahagia itu kan perspektif, tapi ketimpangan bicara kualitas kehidupan," kata dia.

Ia lalu menjelaskan, masyarakat Yogyakarta bisa merasa bahagia walau terjadi ketimpangan yang tinggi. Ia pun kemudian menariknya ke sudut pandang sejarah, seperti yang pernah diutarakan Romo YB Mangunwijaya. Setelah Kerajaan Mataram Islam terbelah menjadi dua bagian, muncul nilai-nilai baru yang ditanamkan ke prajurit dan abdi dalem Keraton.

"Tadinya, Laskar Mataram itu fighter, lalu (setelah kerajaan Mataram Islam pecah menjadi dua) fokusnya beralih ke tentrem nang ati (tentram dalam hati), sentosa," jelas dia.

Alhasil, nilai-nilai tentrem ing ati itu mewaris hingga sekarang. Masyarakat Jogja bisa merasa bahagia karena kearifan lokalnya nrimo ing pandum (menerima segala pemberian). Artinya, keadaan yang terjadi harus bisa diterima secara ikhlas.

"Local wisdom itu yang menyebabkan gini ratio tidak terlalu berdampak pada perasaan bahagia," pungkas Alissa. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya