Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
BANJIR di Kabupaten Aceh Utara terus meluas dan kini melanda 23 dari 27 kecamatan di kawasan itu. Selain merusak infrastruktur, bencana tersebut mengakibatkan sedikitnya 16.375 ribu warga mengungsi.
Banjir juga mengepung tiga desa di Kecamatan Sultan Daulat, Aceh Singkil, yakni Suka Maju, Sigrun, dan Jabi-Jabi. Tingginya curah hujan sejak dua pekan terakhir ikut mengakibatkan Sungai Arakundo di Kecamatan Julok, Kabupaten Idi Rayeuk, meluap dan merendam ratusan rumah.
Di Lhoksukon, air setinggi 1 meter menggenangi kantor-kantor pemerintah, rumah sakit, toko, hingga kantor Polsek Lhoksukon. Akibatnya, aktivitas jual-beli di ibu kota kabupaten itu sempat terganggu.
Sebelumnya, sejak Selasa (5/12), Pemerintah Kabupaten Aceh Utara telah menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari. Bupati Aceh Utara, Muhammad Thaib, menyebut banjir itu termasuk yang terparah sejak 2014.
"Banjir sudah meluas hingga di 23 kecamatan. Bahan makanan sudah disalurkan dan masih mencukupi untuk tiga hari ke depan. Kami juga sudah laporkan perkembangan penanganan banjir kepada Gubernur dan Dinsos Aceh," ungkap Thaib, kemarin.
Kepala BPBD Aceh Utara, Munawar, menambahkan bahwa belasan ribu warga mengungsi di 56 lokasi. "Paling banyak di Kecamatan Lhoksukon, yakni 8.586 jiwa, Pirak Timu 3.287 jiwa, dan Matangkuli 2.772 jiwa," ungkap Munawar.
Munawar menyebut hujan deras juga merusak jalan di lintas KKA-Bener Meriah, jembatan di Sawang, dan tanggul sungai seperti di Kecamatan Samudera, Tanah Luas dan Lhoksukon. Penyebab banjir tersebut ialah meluapnya sejumlah sungai, seperti Krueng Keureuto, Krueng Buloh, Krueng Pase, Krueng Peuto, Krueng Jambo Aye, serta sejumlah anak sungai lainnya.
"Kini petugas gabungan terus mendistribusikan logistik dari Dinas Sosial Aceh Utara dan Aceh ke sejumlah dapur umum dan titik pengungsian," ujar Munawar.
Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk menindaklanjuti kebutuhan lainnya.
"Pengungsi membutuhkan kain sarung dan selimut, peralatan salat dan sekolah, handuk, perlengkapan bayi dan baju anak-anak, air bersih, obat-obatan, dan logistik sembako lainnya. Kami juga sudah laporkan kebutuhan alat berat ke dinas terkait untuk memperbaiki tanggul sungai," paparnya.
Sementara itu, tim gabungan dari TNI, Polri, relawan SAR, PMI, RAPI, dan elemen masyarakat lain masih berusaha membuka akses ke titik terparah banjir di sejumlah kampung di Kecamatan Cot Girek.
"Di Gampong Blang, Gampong Jok, dan Cibrek tercatat ketinggian air 80 sentimeter. Bahkan di beberapa titik mencapai 1,5 meter sehingga kawasan itu terisolasi," tambah Munawar.
Sejauh ini bantuan pangan datang antara lain dari Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) berupa 6 ton beras serta dari Bank BRI Cabang Lhokseumawe.
Dinas Kesehatan Aceh juga mengirim 50 dus bantuan obat-obatan ke lokasi pengungsian. Kepala Dinas Kesehatan Aceh, Hanif, mengatakan jenis obat yang dikirim untuk mengobati penyakit yang timbul akibat banjir, seperti penyakit kulit dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), ditambah 10 dus obat antibisa ular.
"Kemarin ada tiga korban banjir di Lhoksukon digigit ular. Apalagi, persediaan serum antibisa sudah menipis," terang Hanif.(MR/Ant/X-11)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved