Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
PULAU Flores di Nusa Tenggara Timur (NTT) amat kaya. Mulai Pulau Komodo yang masuk dalam wilayah Kabupaten Manggarai Barat hingga Gunung Kelimutu di Kabupaten Ende. Selain itu, lima kabupaten di Flores menjadi penghasil kopi, yakni Ngada, Ende, Mangga-rai Timur, Manggarai, dan Nagekeo. Berdasarkan Outlook Kopi yang diterbitkan Pusat Data dan Sistem Informasi Perta-nian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian pada 2016, dari lima kabupaten itu, produksi dari Kabupaten Ngada mencapai 51,35% dari total produksi di NTT.
Kopi arabika dari Bajawa--ibu kota Kabupaten Ngada--atau dikenal dengan label Arabika Flores Bajawa (AFB) juga telah dikenal mendunia. Ketua Usaha Pengelolaan Hasil (UPH) Dominikus Mahi mengungkapkan kelompoknya telah bergelut dalam pengelolaan hasil kopi kelompok tani sejak 2005. Dibantu lembaga Indecon dan PT Nutraco Pratama Indonesia (NTC), jelas dia, AFB dari beberapa kelompok tani Ngada telah dipasarkan ke Australia dan Amerika Serikat (AS) sejak 12 tahun silam. Sejak awal tahun ini, lanjut Dominikus, petani kewalahan untuk memenuhi permintaan kopi khususnya dari luar negeri. Apalagi, hasil panen petani menurun drastis.
Dia menjelaskan pada tahun ini hanya bisa mengekspor 10 ton kopi untuk memenuhi permintaan dari Australia dan AS. Padahal, masih banyak permintaan dari negara lain seperti Belanda, Prancis, Swiss, dan Jepang. "Tahun ini hasil kopi menurun dan permintaan terlalu banyak sehingga untuk negara lain, pengiriman ditunda pada 2018," ujar dia. Segmentasi dunia internasional, lanjut dia, membuat petani kopi Ngada meraup untung. Dia menggambarkan harga kopi sebelum masuk ke kancah pasar internasional hanya Rp3.000 per kilogram. Saat ini, harga biji kopi mencapai Rp80 ribu per kg. Sementara itu, biji kopi dengan kulit ari masih laku dijual dengan harga Rp50 ribu per kg.
Dominikus mengakui apresiasi terhadap kopi Bajawa itu berawal dengan upaya Indecon mendatangkan tenaga khusus fermentasi dari Jawa Timur. Karena itu, sambung dia, kopi asal Ngada mengantongi paten dari Kementerian Hukum dan HAM. "Hasil uji laboratorium kopi arabika kami telah mendapat hak paten sehingga kami punya label AFB."
Kopi liberika
Gubernur Jambi Zumi Zola Zulkifli juga mendorong masyarakat dan pemerintah kabupaten/kota di Jambi mengintesifkan budi daya tanaman hortikultura, khususnya kopi. "Sumber daya alam kita mendukung dan subur. Masyarakat sudah membudidayakan di beberapa kabupaten dan cukup berhasil. Jika kita dorong terus, perkebunan kopi bisa menjadi sumber pendapatan yang menjanjikan," kata dia. Berdasarkan laporan dari Dinas Perkebunan Jambi, jelas Zumi Zola, luasan perkebunan kopi yang dikembangkan masyarakat baru sekitar 25 ribu hektare.
"Ada tiga jenis tanaman kopi yang dapat dibudidayakan di Jambi. Untuk dataran tinggi jenis robusta dan arabika, sedangkan di daerah pasang surut bernama liberika dan sudah berhasil menembus pasar global, antara lain diekspor ke Malaysia," bebernya.
Hanya, petani kopi di Jambi masih terkendala pengetahuan budi daya kopi. "Sebagian menanam bibit asal-asalan, diambil dari bibit kopi lokal. Pola tanam belum menggunakan teknik bercocok tanam yang baik," kata Waluyu, petani kopi di Kabupaten Kerinci. (SL/N-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved