Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
KEKERINGAN di Jawa Tengah semakin memprihatinkan. Gubernur Ganjar Pranowo pun meminta BUMN dan BUMD ikut membantu warga menyediakan air bersih. "Kami mengimbau BUMN dan BUMD untuk mengalokasikan anggaran tanggung jawab sosial untuk membantu warga yang mengalami krisis air bersih. Pemprov juga terus berusaha membantu daerah yang mengalami kekeringan," kata Ganjar di Banyumas, Kamis (24/8).
Ia mengaku sudah mengirimkan surat edaran mengenai upaya mengatasi kemarau. Salah satu upayanya ialah deteksi dini yang harus dilakukan pemkab dan pemkot. Di Jateng, lanjutnya, sudah banyak daerah yang mengalami kekeringan. Bersama pemerintah kabupaten, pemprov juga sudah memasok air bersih. Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara Arif Rahman mengaku kekeringan sudah berdampak ke-52 desa yang tersebar di 12 kecamatan.
"Sudah ada 25 desa yang mengajukan permintaan air bersih, tapi belum semua bisa dilayani. Baru sekitar 19 desa yang kami pasok." Sampai kemarin BPBD sudah mendistribusikan 42 tangki air bersih untuk 29 ribu jiwa. Masih di Jawa Tengah, keke-ringan melanda lima kecamat-an di Kabupaten Temanggung. "Sampai Oktober, wilayah terdampak kekeringan akan terus meluas," ungkap Plh BPBD Temanggung, Agus Sudaryono.
Kekeringan terparah terjadi di Desa Tlogopucang, Kecamatan Kandangan. Krisis terjadi karena 11 dusun tidak memiliki sumber air. Kesulitan air bersih juga dialami 2.000 kepala keluarga di tiga desa di Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kondisi itu sudah terjadi sejak dua bulan lalu. "Sekarang warga mulai memanfaatkan air di perairan Cirata yang kondisinya sebenarnya kurang layak konsumsi," terang Camat Cikalong-kulon, Nunung Rahmat.
Ia mengatakan sumur di rumah warga sudah kering. Air sungai juga sudah tidak dialiri air lagi. "Lima hektare sawah juga mengalami puso." Di Brebes, Jawa Tengah, Bendungan Cisadap di Kecamatan Ketanggungan sudah mengering. Sejumlah petani yang tidak bisa mengolah sawah pun beralih profesi sebagai pembuat batu bata di tengah Sungai Cisadap yang merupakan alur Bendungan Cisadap. "Sawah sudah tidak ada air. Kami pun bisa membuat batu bata karena sungai tidak banjir," kata Sudirja, warga Desa Buara. Bersama istri, ia mengaku bisa membuat 1.000 bata per hari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved