Headline

Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.

Fokus

Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.

Jabar belum Darurat Kekeringan

Depi Gunawan
13/7/2017 02:16
Jabar belum Darurat Kekeringan
(ANTARA FOTO/Asep Fatulrahman)

MESKI sejumlah daerah mulai dilanda keke-ringan, wilayah Jawa Barat masih terbilang aman. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung mengatakan puncak periode musim kemarau di Jawa Barat terjadi pada Juli-Agustus. Karakteristik suhu udaranya pun relatif lebih dingin jika dibandingkan dengan periode musim hujan. Selama periode musim kemarau tahun ini, peluang pembentukan awan masih berpotensi menyebabkan hujan dengan intensitas ringan hingga sedang.

Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas 1 Bandung Tony Agus Wijaya mengungkapkan alasan suhu permukaan laut (SPL) di sekitar Jawa Barat relatif hangat. "Periode musim kemarau bisa saja terjadi hujan meskipun dengan frekuensi dan intensitasnya mulai berkurang," papar Tony saat dihubungi, Selasa (12/7). Dampaknya sifat hujan di periode musim kemarau tahun ini diperkirakan normal dan sebagian di atas normal atau masih ada suplai air hujan. Meski Jawa Barat masih aman dari persoalan kekeringan, ada sejumlah daerah di wilayah itu berpotensi terjadi kekeringan.

Sejumlah wilayah di Kota Sukabumi, misalnya, rawan terjadi kekering-an, terutama di kawasan sepanjang Sungai Cimandiri. "Rawan potensi kekeringan itu tak hanya lahan pertanian, tapi juga air bersih untuk minum," terang Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi Asep Suhendrawan. Dari Kuningan, BPBD setempat sudah melakukan antisipasi terjadinya kekeringan. Menurut Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kuningan Agus Mauludin, berdasarkan informasi BMKG, kekeringan dimulai dari Mei hingga Oktober.

Sementara itu di Jawa Tengah, saat memasuki musim kemarau, sejumlah desa di Banyumas sudah meminta pasokan air bersih. Terutama di Dusun Pamujan, Kelurahan Teluk, Purwokerto Selatan dan Desa Kalitapen, Kecamatan Purwojati. Hal serupa juga terjadi di Klaten. Sejumlah kecamatan di wilayah itu terancam kekeringan. Di sisi lain, anggaran pengedropan air tahun ini dipangkas hingga 50%, dari Rp200 juta menjadi Rp100 juta.

Daerah lain yang juga rawan kekeringan ialah Kabupaten Wonogiri. BPBD setempat telah melakukan proses siaga darurat bencana kekeringan seiring dengan datangnya musim kemarau. Hingga saat ini sudah mencakup 39 desa yang ada di delapan kecamatan.

Cek irigasi
Sejumlah daerah di luar Jawa juga sudah mulai siaga kekeringan. Dari Provinsi Bangka Belitung, Gubernur Erzaldi Rosman Djohan meninjau langsung area persa-wahan dan irigasi di Desa Kacung Limbung, Bangka Barat, Selasa (12/7). Dalam peninjauan tersebut Erzaldi meminta agar irigasi dioptimalkan. Dari Provinsi Kalimantan Tengah, BMKG Palangkaraya memprediksikan musim kemarau mulai akhir Juli. Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Provinsi Kalteng, Syahril Tarigan, menyatakan pihaknya sudah siaga, khususnya untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan. (BB/LD/WJ/JS/AU/UL/AT/RF/SS/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya