Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KAKI anak-anak basah kuyup. Wajah mereka tetap tenang kendati ruangan kelas mereka dipenuhi air laut. Bahkan, kelas itu sudah tidak layak untuk dijadikan sebagai tempat belajar mengajar. Namun apa daya, tidak ada penggantinya. Anak-anak dan guru tetap bertahan di ruang kelas. Itulah gambaran sehari-hari di SD Negeri Desa Tanjung Boleng, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Bila air laut pasang tinggi, ruangan kelas seperti kolam renang. Air laut bisa setinggi 30 sentimeter (cm) di dalam kelas. “Kalau lagi pasang air bisa sampai segini (sambil menunjukkan betisnya). Tanggulnya jebol, jadi kalau air pasang, masuk ke kelas,” ungkap Asri Sri Sundari, siswi Kelas IV SDN Desa Tanjung Boleng, pekan lalu.
Hingga kini tanggul yang jebol belum juga diperbaiki. Sementara itu, sekolah tersebut tidak jauh dari bibir pantai. Para murid belajar sambil berdiri dan menyimak apa yang diajarkan guru. Penyebabnya sekolah tersebut tidak memiliki meja dan kursi. “Kami sudah biasa menerima pelajaran sambil berdiri saat air pasang. Tidak ada meja dan kursi,” terangnya. Dinding sekolah masih terbuat dari anyaman bambu. Kalau hujan deras, air hujan sering masuk ke celah-celah dinding. Bila kondisi seperti itu, sekolah diliburkan. Saat ini ada 140 siswa belajar di sekolah yang berdiri 5 tahun lalu itu.
Muhamad Jukri, 56, tokoh masyarakat Desa Tanjung Boleng membenarkan kondisi SDN Tanjung Boleng memprihatinkan. “Gedung sekolah itu tinggal menunggu waktu untuk roboh. Entah disapu angin atau kena air laut pasang, tinggal menunggu waktu,” ujarnya. Fasilitas penunjang pendidikan seperti alat-alat peraga pun tidak ada di kelas. Apalagi, buku-buku pelajaran susah didapat. “Bagaimana nasib anak-anak di masa depan kalau pendidikan saja susah didapatkan mereka?” keluh Jukri.
Ia pun mendesak pemerintah setempat agar segera memperbaiki tanggul yang jebol, agar air laut tidak menggenangi sekolah satu-satunya di desa itu. “Sekalian gedung sekolah yang sudah rusak dan sejumlah dinding rapuh segera diperbaiki,” harapnya. Kepala Dinas Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah Kabupaten Manggarai Barat, Marten Magol saat dimintai konfirmasi kondisi SDN Tanjung Boleng, tidak membantah. “Memang benar sekolah tersebut sering kemasukan air laut saat pasang. Kondisi gedung sekolah masih darurat. Hanya ada satu ruangan permanen,” ungkapnya. Marten menjelaskan pihaknya sudah mengusulkan agar segera dilakukan renovasi sekolah tersebut di DPRD maupun provinsi dan pemerintah pusat, tapi sepi tanggapan. “Kapan direhabilitasi belum tahu karena pemerintah belum ada dana,” ujarnya pasrah. (John Lewar/N-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved