Headline

DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Saatnya Menyelamatkan Sumber Air Belek

(Alex Taum/N-3)
10/7/2017 05:45
Saatnya Menyelamatkan Sumber Air Belek
(MI/ALEXANDER P. TAUM)

MARIANA, perempuan paruh baya itu melambaikan tangannya. Wajahnya cerah. Hari ini ia membawa tujuh karung labu jepang ke pasar. Petani asal Desa Baolangu ini puas karena tujuh karung labu telah dibeli pedagang di Pasar Pada.
Ia pun segera bergegas pulang sambil mengantongi uang Rp350 ribu. Dalan sepekan, ia dua kali ke pasar membawa hasil panen kebunnya. Tak hanya labu jepang, sayuran lain seperti tomat dan wortel yang merupakan hasil dari bertaninya di Belek selalu dijual ke Pasar Kota Lewoleba.

"Sayuran yang saya tanam bebas pestisida," ujar Mariana sambil menunjukkan wortel dan labu jepang yang dijual di pasar. Aneka tanaman hortikultura mampu hidup hanya dengan embun. Sangat alami. Setiap selesai memanen, Mariana akan ke pasar dengan menyesuaikan hari pasar di Kota Lewoleba. Biasanya hari pasar jatuh setiap Senin. Pada hari itu banyak warga di Lembata berkumpul di pasar untuk bertransaksi. Dari hasil berkebun, Mariana bisa mengantongi uang hingga Rp2,5 juta saat berjualan pada hari pasar. Mariana tidak sendirian.

Ratusan petani pun mengandalkan hidup dari suburnya tanah Belek. Vani Uak, petugas penyuluh lapangan yang bertugas di Desa Baolangu, menjelaskan selain tanaman sayuran, ada juga perkebunan kopi. Pemkab Lembata menyediakan tanah seluas 150 hektare untuk ditanami tanaman kopi unggulan. Rosis Uak, tokoh muda asal Desa Baulangu, menambahkan Belek merupakan bekas perkampungan yang berlokasi di perbukitan Desa Baolangu, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Pemkab Flores Timur (kabupaten induk Lembata) memindahkan perkampungan itu karena daerah tersebut menjadi kantong air bagi warga yang bermukim di Desa Baolangu.

Warga yang bermukim di Belek sudah direlokasi ke Lewokukung atau Desa Baolangu pada 1985. "Petani yang dahulu sudah direlokasi kini kembali merambah di Belek untuk berkebun. Bahkan banyak program pertanian dialokasikan ke Belek. Bupati Yance Sunur menjadikan Belek sebagai daerah produsen kopi," ungkap Rosis. Meski menjadi sumber kehidupan ratusan petani, ada kekhawatiran terutama berkurangnya debit air di sejumlah mata air di Desa Baolangu karena masifnya pembangunan di wilayah itu.

Belum lama ini 70 kepala keluarga mendapat bantuan perumahan dari pemerintah. Padahal Desa Baolangu adalah kawasan hutan lindung. Kepala UPT KPH wilayah Lembata, Linus Lawe, cemas dengan maraknya pembangunan di wilayah itu. "Belek itu daerah penyangga air sehingga tidak boleh diganggu dengan pembangunan yang merusak lingkungan," tegasnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya