Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
KAWASAN Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali, sejak 2012 telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia (WBD) oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk masalah pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan UNESCO.
Penghargaan dunia itu salah satunya mengacu keunikan sistem pertanian di daerah itu yang dikenal dengan subak.
Lima tahun sejak penyematan predikat tersebut, daerah itu baru akan menggelar festival agrikultural pertama kali pada tahun ini yang dinamai Jatiluwih Agriculture Festival.
"Jatiluwih sudah ditetapkan sebagai WBD oleh UNESCO dengan keunikan subak. Namun, belum ada kekhasan yang menjadi branding areal yang memukau dunia tersebut. Kami dari manajemen Daya Tarik Wisata (DTW) merancang sebuah festival secara berkelanjutan yang disebut dengan Agricultural Festival Jatiluwih," ujar Manajer Operasional DTW Jatiluwih I Nengah Sutirtayasa, kemarin.
Dia memaparkan, festival yang dimulai pada 16 Juni itu, antara lain menampilkan budaya pertanian yang sudah dijalani masyarakat Jatiluwih berabad-abad.
"Soal bagaimana menanam padi, memanen, membuka air, dan seterusnya. Makanya ini merupakan festival pertama di Bali yang mengusung tema budaya pertanian," ujarnya.
Lalu, sambung dia, festival itu menampilkan parade budaya masyarakat dari dua desa adat, yakni Jatiluwih dan Gunung Sari yang terdiri dari 7 tempekan.
Di samping itu, beberapa kuliner lokal Jatiluwih selama tiga hari berturut-turut, pada 16-18 Juni.
Jatiluwih Agriculture Festival dimulai dengan upacara Ngusaba Aya, kemarin. Upacara itu diikuti warga Tempekan Besikalung, Desa Jatiluwih.
Pekaseh Subak Jatiluwih Nyoman Sutama menjelaskan, upacara tersebut merupakan kegiatan untuk mengawali panen padi.
"Nama upacara Ngusaba Aya Gede dari Tempek Besikalung Desa Jatiluwih. Upacara ini dimaknai sebagai simbol syukuran panen padi. Makanya, dibuat menjelang panen dengan melibatkan semua anggota Tempekan Besikalung," ujarnya.
Upacara tersebut diawali dengan upacara di pura yang terletak di tengah sawah.
Warga anggota tempekan mengikuti kegiatan yang dipimpin pemangku agama Hindu rombongan menuju sawah tempat panen padi.
Nyoman Sutama menjelaskan, upacara tersebut merupakan syukuran terhadap Pencipta yang memberikan kesuburan kepada sawah di Jatiluwih.
"Kalau saat menanam, upacarai ditandai dengan mencangkul selama tiga kali."
Dia mengapresiasi dukungan semua pihak atas upacara tersebut.
"Kami didukung 7 tempek di Desa Jatiluwih dengan jumlah anggota 520 orang dan areal subak sekitar 303 hektare," ujarnya. (Arnoldus Dhae/N-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved