Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
KALAU saja model toleransi yang muncul di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini bisa menular ke daerah lain, rasanya kehidupan masyarakat akan lebih tenang.
Di sini, toleransi dan hubungan kekeluargaan antarwarga dari berbagai suku dan agama menjadi cerminan bahwa mereka betul-betul menjaga wilayahnya sebagai tempat lahirnya Pancasila sebagai ideologi bangsa.
“Saya senang sekali masyarakat Ende benar-benar mencerminkan kebinekaan, toleransi, dan santun. Kita lihat masyarakat dari berbagai agama hidup berdampingan dengan santun. Semua itu tidak bisa tercapai kalau keberagaman kita dari Sabang sampai Merauke terpecah-pecah,” kata Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo, seusai memimpin Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila di Ende, Kamis (1/6).
Keberagaman di Ende sebagai kota lahirnya Pancasila yang menjadi ideologi bangsa, harus tetap dijaga dan dipertahankan. “Hanya ideologi Pancasila yang menyatukan bangsa Indonesia,” tandasnya.
Kota Ende merupakan tempat Bung Karno mendapat inspirasi tentang Pancasila. Camat Ende Bernard Idu menegaskan warganya tidak mudah dipengaruhi gejolak intoleransi yang diembuskan sejumlah kelompok intoleran.
“Pikiran kami tidak berubah, tetap mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara,” ujarnya. Hanya saja ia berharap gejolak yang terjadi di daerah lain mesti diantisipasi pemerintah daerah dan warga.
Salah satu cara menjaga ideologi itu dilakukan ketika upacara bendera setiap Senin dibacakan teks Pancasila. Peserta upacara pun menyanyikan lagu-lagu kebangsaan untuk membakar semangat persatuan Indonesia.
Bahkan warganya sudah terbiasa larut dalam keberagaman, dan tak ada masalah di situ. Beberapa jam sebelum upacara, pada pukul 24.00 Wita ada acara di Taman Perenungan Soekarno, Kota Ende, yang dihadiri para generasi kedua sahabat Soekarno (Bung Karno) selama pengasingan di Ende pada 1934.
Lukman Pua Rangga, putra mendiang Pua Rangga Kora, salah satu sahabat dekat Soekarno, didapuk membacakan kisah Bung Karno selama di Ende seperti merenung Pancasila di bawah pohoh sukun di dekat pesisir pantai.
Acara ini dihadiri semua unsur pimpinan daerah NTT, Sahabat Bung Karno. Bahkan, seluruh pimpinan agama Islam, Katolik, Kristen, Hindu, dan Buddha di Ende pun bergantian memanjatkan doa bersama ribuan warga.
Mereka memiliki harapan yang sama, menjaga persatuan bangsa dan tetap bersatu dalam ideologi bangsa. (Palce Amalo/OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved