Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Memupuk Sawah dengan Teknologi Drone

29/5/2017 23:45
Memupuk Sawah dengan Teknologi Drone
(MI/Liliek Dharmawan)

PERSAWAHAN di Desa Limbasari, Kecamatan Bobotsari, Purbalingga, Jawa Tengah, tidak seperti biasanya.

Ada pesawat tanpa awak atau drone yang memiliki baling-baling berdiameter hingga 1,5 meter.

Ada enam baling-baling.

Di bagian tengah terdapat water tank yang memiliki volume hingga 10 liter.

Di dalam water tank diisi pupuk organik cair. Setelah semuanya siap, pesawat tanpa awak ini mulai menjelajah persawahan dan menyemprotkan pupuk organik.

"Pesawat tanpa awak ini mampu mengangkut 10 liter pupuk organik yang dapat menyemprot untuk area pertanian seluas 0,5 hektare (ha). Waktu penyemprotan hanya berkisar 7-8 menit," terang Angga Istira, teknisi di sela-sela uji coba drone di Limbasari, Senin (22/5).

Pesawat tersebut digerakkan baterai litium polimer yang ramah lingkungan. Bila bahan bakar minyak digunakan, dikhawatirkan itu akan mencemari lingkungan.

Dengan baterai, drone bisa bertahan terbang selama 18 menit.

Menyemprot 1 hektare lahan hanya menghabiskan satu baterai.

Teknologi drone ini dikembangkan Yayasan Panglima Besar Soedirman bekerja sama dengan Lockheed UAV Research Institute dari Wuhan, Tiongkok.

Drone tersebut sebetulnya alat untuk mengaplikasikan Jenderalium Biomineral Organik.

"Jadi, tidak hanya pupuk organik. Dengan adanya teknologi ini, penggarapan area pertanian akan lebih efisien," lanjutnya.

Ketua Umum Yayasan Jenderal Soedirman, Bugiakso, menambahkan pihaknya bersama dengan Lockheed UAV Research Institute telah melalukan riset selama 6 bulan.

"Teknologi ini akan lebih efisien dalam bertani. Kalau dihitung-hitung, ada efisiensi harga hingga 40%. Alasannya, dalam 1 ha pemupukan dan pemakaian drone hanya membutuhkan biaya Rp1,4 juta. "Cara konvensional membutuhkan dana hingga lebih dari Rp2 juta," kata Bugiakso.

Menurutnya, untuk lebih efisien, memang setidaknya ada 20 ha lahan yang disemprot. Syaratnya, area padi harus ditanami secara serentak.

"Kalau menggunakan teknologi ini, tanam serempak merupakan prasyarat utama agar penyemprotan dengan drone bisa sangat luas. Ada kelebihan jika petani melakukan tanam serempak, sebab serangan hama bisa dikendalikan. Inilah kelebihannya, perpaduan antara teknologi drone dan cara tanam yang baik, yakni penanaman serempak," ujarnya.

Ketua Kelompok Tani Mulya Desa Limbasari Nawawi menyambut baik adanya teknologi tersebut.

Selama ini warga setempat masih memupuk lahan dengan cara manual dan menghabiskan waktu cukup lama.

"Pemupukan dengan menggunakan drone sangat cepat. Lahan seluas 0,5 ha hanya membutuhkan waktu 7-8 menit," ujarnya. (Liliek Dharmawan/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik