Polisi Tangkap Pengoplos Gula

PEMILIK pabrik pengoplos gula pasir di Cirebon, Jawa Barat, dijadikan tersangka dan terancam denda hingga Rp2 miliar. "Pemilik pabrik gula batu tersebut telah mencampurkan gula rafinasi dengan gula lokal biasa," kata Kapol-res Cirebon Kota AKB Adi Vivid Agustiadi Bachtiar, Jumat (26/5). Berdasarkan informasi yang dihimpun, Satuan Tugas (Satgas) Pangan menangkap S, selaku pemilik pabrik gula di Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon. Pabrik itu mengoplos gula rafinasi yang merupakan bahan baku gula batu dengan gula pasir.

"Ada keuntungan yang didapatkan pemilik pabrik dari mengoplos gula rafinasi dengan gula pasir biasa," kata Adi. Padahal, lanjut Adi, gula rafinasi diperuntukkan hanya bagi industri makanan dan minuman. Setelah itu, gula hasil oplosan dikemas dalam kemasan 1 dan 1/4 kilogram. Gula itu kemudian dijual di Cirebon, Majalengka, dan Indramayu.
Adi menambahkan, pemilik pabrik dijadikan tersangka dengan Pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dengan ancaman pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda hingga Rp2 miliar.

Sekretaris Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jabar Haris Sukmawan menyayangkan gula rafinasi kerap merembes hingga ke pasaran dan diperjualbeli-kan secara bebas hingga menghancurkan harga gula tebu petani. Tim Satgas Pangan Polres Cilacap, Jawa Tengah, membongkar penimbunan bawang putih impor di se-buah gudang di Cilacap.

Bawang putih tersebut diduga ditimbun dan kemungkinan ilegal karena tidak dilengkapi dengan dokumen yang sah. Kapolres Cilacap Ajun Komisaris Besar Yudo Hermanto menjelaskan, bawang putih yang ditimbun sebanyak 570 karung, atau sekitar 10 ton. Dua pemilik barang tersebut, lanjut dia, tidak dapat menunjukkan dokumen legal kepemilikan bawang putih yang diduga impor itu. "Mereka mengaku mendapat pasokan dari Surabaya, Jawa Timur," kata dia.