Headline
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
KONDISI kebangsaan saat ini tergerus oleh aneka masalah, berperilaku tidak bermoral, koruptif, dan sebagian ada yang terjebak garis keras. Hal itu menimbulkan kekhawatiran mendalam. Rasanya, rakyat perlu membaca kembali sejarah berdirinya bangsa ini. Hal itu ditegaskan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif dalam pidatonya di forum Zikir Kebangsaan, Pengurus Daerah Baitul Muslimin Indonesia Yogyakarta, Rabu (24/5).
"Kita harus bisa meniru apa yang pernah dilakukan Soekarno-Hatta. Ada baiknya kita semua membaca kembali dua buku penting, yaitu pidato Hatta 1927 berjudul Indonesia Merdeka, juga buku Indonesia Menggugat yang ditulis Soekarno pada 1930. Harus kita baca lagi sejarah bangsa ini," tegas Buya Syafii. Ia pun berharap semangat nasionalisme yang telah ditumbuhkan pendiri bangsa bisa terus digelorakan untuk membawa kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Setelah 71 tahun Indonesia merdeka, masih ada anak-anak bangsa yang bernasib belum beruntung.
"Jurang kesenjangan ini harus bisa diatasi lewat hadirnya sosok negarawan yang mengelola negara Indonesia," papar pendiri Maarif Institute itu. Buya Syafii menyebut bangsa Indonesia bisa bertahan hingga ribuan tahun jika dari kader parpol muncul negarawan di semua bidang, baik tingkat desa maupun nasional. Guru Besar Sejarah dari Universitas Negeri Yogyakarta itu menambahkan ada perbedaan mendasar antara politikus dan negarawan. Politikus mengikuti kebutuhan jangka pendek dan pragmatis, sedangkan negarawan ialah sosok yang memikirkan bangsa dan negara untuk ribuan tahun mendatang.
"Negarawan pasti politikus, tapi politikus belum tentu negarawan," ungkapnya. Zikir kebangsaan yang melibatkan beragam elemen Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan pondok pesantren di Yogyakarta menjadi wujud nyata guna menggalang kekuatan bersama untuk mempertahankan NKRI. "Kita ingin menghadirkan kedamaian, kita bertekad mempertahankan NKRI, dan Pancasila sebagai ideologi negara. Pancasila tidak bertentangan dengan agama dan kepercayaan yang ada. Bhinneka Tunggal Ika kita perlukan dan sepakat bahwa UUD 1945 ialah kontrak politik yang membawa Indonesia menuju masyarakat yang adil dan makmur," kata Ketua DPD PDI Perjuangan DIY Bambang Praswanto, tuan rumah acara. Rangkaian acara ditutup dengan zikir bersama untuk mewujudkan Indonesia yang damai. Zikir itu dipimpin Kiai Habib Syakur, pemimpin Pondok Pesantren Al Imdad Bantul.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved