Headline
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.
JALAN Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) Seksi I meliputi Ciawi-Cigombong sepanjang 15,3 kilometer dipastikan belum bisa digunakan untuk keperluan mudik Lebaran atau Idul Fitri 1438 Hijriah nanti. Pasalnya, sampai sekarang pembangunan konstruksi fisik di seksi I masih berada di kisaran 36%.
"Belum, belum bisa digunakan karena ada jembatan cukup tinggi yang secara teknis sulit. Lagipula, progres pembangunan konstruksi fisiknya baru mencapai sekitar 36%," terang Pimpinan Proyek Tol Bocimi Trans Jawa Barat Tol, Joko Susilo, seusai menghadiri rapat koordinasi bidang ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BPPD) Kota Sukabumi, Jabar, Senin (22/5).
Joko tidak memungkiri progres pembangunan konstruksi fisik relatif terlambat. Kendalanya lebih karena faktor alam yakni intensitas curah hujan di wilayah Bogor yang relatif masih cukup tinggi.
"Kendala cuaca cukup dominan," ujarnya.
Hasil evaluasi sejak awal dilaksanakannya proyek pembangunan, lanjut Joko, hari hujan di wilayah Bogor mencapai hampir 70% dan sisanya sebesar 30% merupakan hari tidak hujan. Apalagi, pada seksi I pekerjaan tanahnya relatif cukup banyak.
"Pekerjaan tanahnya itu hampir 3 juta kubik," ujarnya.
Trans Jabar Tol menargetkan April 2018 seksi I jalan Tol Bocimi sudah bisa beroperasi, tapi dengan catatan proses pembebasan lahannya sudah selesai 100%.
"Walaupun hanya 5% saja, spot-spot bidang tanah bisa jadi kendala," tuturnya.
Sampai sekarang, progres pembebasan lahan di seksi I jalan Tol Bocimi sudah mencapai 95%. Secara anggaran dan sumber daya manusia, tambah dia, Trans Jabar Tol sebagai unit usaha PT Waskita Karya, sudah siap menyelesaikan pembangunan konstruksi fisik Tol Bocimi.
"Tapi kita masih menunggu penyelesaian pembebasan lahannya. Tidak mudah memang pembebasan lahan itu. Selama yang kita pelajari dari pengalaman, dinamika dan realita (kendala) di lapangan itu selalu ada. Kita berharap bisa lebih cepat karena biaya pengadaan tanah ini didanai pemerintah. Apalagi sekarang proyeknya dikerjakan Waskita Karya, BUMN ternama dan kuat," bebernya.
Joko pun menargetkan pembebasan lahan seksi I bisa selesai pertengahan Juli tahun ini. Sehingga, ada waktu hingga akhir tahun untuk menyelesaikan pembangunan konstruksi fisik.
"Kalau (pembebasan lahan) tak selesai, konstruksi fisik juga dipastikan akan molor lagi," tegasnya.
Jika pembebasan lahan di seksi I sudah selesai, tahapan selanjutnya beranjak ke seksi II meliputi Cigombong Kabupaten Bogor hingga ke Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi sepanjang 12,2 kilometer. Untuk menilai harga tanah, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sudah membentuk konsultan tim penilai.
Sedangkan untuk pembebasan tanahnya melalui tim Panitia Pengadaan Tanah (P2T) terdiri atas berbagai instansi pemerintahan yang berkompeten di bidangnya. Hanya saja di lapangan masih terkendala tidak sinkronnya harga yang dibanderol masyarakat dengan tim penilai. Masyarakat membanderol harga tanah mereka di atas nilai jual objek pajak (NJOP). Di sisi lain, tim appraisal yang merupakan konsultan independen bentuk Kementerian PU-PR, menilai harga berdasarkan pasaran.
"Selama ini warga minta harga terlalu tinggi. Kalau warga sudah mengerti dan tidak terpengaruh, sebetulnya pembebasan lahan mudah dilakukan. Jika sudah kena pengaruh pihak-pihak luar yang memanfaatkan kondisi, ini yang jadi sulit. Untuk seksi II kuncinya ada di pemerintah daerah. Kita sudah siap, tapi katanya Pemkab Sukabumi sendiri masih menunggu kesiapan pembebasan lahan di seksi III dan IV karena khawatir terjadi gejolak persepsi di masyarakat," tegasnya.
Pemerintah mengalokasikan anggaran hampir Rp7,7 triliun untuk pembangunan jalan Tol Bocimi sepanjang 54 kilometer yang terbagi dalam empat seksi. Namun Joko memperkirakan, estimasinya saat ini akan membengkak karena biaya konstruksi membesar dan harga tanah juga naik.
Sekda Kota Sukabumi, Hanafie Zain, mengatakan, berdasarkan hasil pengamatan di beberapa daerah yang dilalui akses jalan tol, perubahan sebuah kota terjadi sangat pesat. Kondisi itu karena ada perubahan tata ruang suatu wilayah.
"Jalan Tol Bocimi yang notabene nanti akan juga dilintasi jalan Tol Bocimi, tentunya harus mempersiapkan diri dari sekarang," jelasnya.
Tak hanya tata ruang infrastrukturnya saja, tapi juga dalam sektor ekonomi. Hanafie menyadari Kota Sukabumi tak memikiki lokasi wisata. Namun, segala keterbatasan itu bisa disiasati dengan mengembangkan sektor infrastruktur lainnya.
"Misalnya seperti kuliner dan lainnya. Sehingga nantinya kita tak jadi penonton, tapi betul-betul menjadi pelaku," tandasnya. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved