Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
MENGENASKAN kejadian yang menimpa seorang bayi mungil tak berdosa. Bayi perempuan yang baru berusia sekitar enam pekan itu menjadi korban kekejaman ayah kandungnya, Tar, 23.
Anak pasangan Tar dan Nenah, 20, warga Kampung Singkup Desa Cisitu, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, itu dilempar sang ayah kandung ke sebuah tungku di rumahnya, Minggu (23/4) kemarin.
Berdasarkan informasi keluarganya, aksi keji Tar itu karena kesal setelah bertengkar dengan sang istri. Bayi perempuan bernama Susilawati, buah perkawinan mereka, pun akhirnya mendapatkan perawatan di RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi. Saat ini, kondisi Susilawati berangsur membaik.
"Waktu itu anak saya (Tar) baru pulang. Karena lapar, ia meminta makan kepada menantu saya. Tapi karena saat itu belum menyiapkan makanan, anak saya kalap. Ia emosi sehingga bertengkar. Entah karena apa, anak saya akhirnya melemparkan cucu saya ke tungku," terang Ace, 50, kakek Susilawati, kepada wartawan di RSUD R Syamsudin SH, Senin (24/4).
Waktu itu, Susilawati mengalami luka pada bagian kepala sebelah kanan. Untungnya, saat itu tungku sedang tidak menyala sehingga Susilawati tidak mengalami luka bakar.
"Sekarang cucu saya sudah terlihat ceria lagi. Tidak seperti kemarin (Minggu) waktu dibawa ke sini," tambah Ace.
Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, Tar kini menjalani pemeriksaan di Polsek Nyalindung. Ace menyebut anaknya menyesal telah gelap mata karena melampiaskan kekesalannya dengan cara melemparkan anak kandungnya sendiri ke sebuah tungku.
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kabupaten Sukabumi, Dian Yulianto, mengatakan, fenomena kekerasan terhadap perempuan maupun anak lebih dominan dipicu karena faktor ekonomi. Termasuk kasus yang dialami bayi mungil berusia enam pekan itu.
"Mereka berasal dari prasejahtera. Kekesalan itu mungkin menjadi klimaks dari tekanan hidup," terang Dian.
Kasus tersebut sebetulnya tak perlu terjadi seandainya di keluarga itu tersedia makanan. Utamanya sang istri yang harus selalu siap melayani suami.
"Ini sebuah fenomena sosial di kalangan masyarakat Kabupaten Sukabumi dan mungkin di daerah lainnya. Kami tentunya prihatin dengan kasus itu, hanya karena gara-gara kesal dengan istri yang tak menyiapkan makan, seorang suami dan ayah tega melempar anak kandungnya ke tungku," beber Dian.
Fenomena sosial seperti itu, kata Dian, tentu harus menjadi perhatian bersama. Perlu peran aktif semua pemangku kebijakan di tingkat pemerintahan dan elemen masyarakat lainnya.
"Semoga peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi," pungkasnya. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved