Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Janji Tinggal Janji, Taman di Kolong Rel cuma Mimpi

(Deni Aryanto/J-4)
30/3/2017 03:44
Janji Tinggal Janji, Taman di Kolong Rel cuma Mimpi
(MI/IMMANUEL ANTONIUS)

BUKAN taman bunga, taman bermain, atau jenis mana pun dari ruang publik, wujud area kolong jalur kereta api layang (elevated) Mangga Besar-Gondangdia, Jakarta Pusat saat ini. Padahal dua setengah tahun lalu, PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) bersama Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) menyapu bersih lokasi itu dengan alasan penataan dan pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). Belasan gerobak sampah dan barang-barang bekas teronggok di sepanjang Jalan Juanda 1. Bangunan liar semipermanen yang dulu sudah dibongkar, satu demi satu bermunculan dalam beberapa tahun terakhir.

Pemandangan yang sama terlihat di tepi Jalan Inspeksi bahkan di area yang dipagari--milik PT KAI. "Waktu itu (bangunan liar di kolong rel) digusur sekitar September 2015. Cuma beberapa bulan mereka balik lagi. Masalahnya enggak ada yang awasi juga," ungkap Aidi, 36, warga Kecamatan Gambir, kemarin. Lapak-lapak barang bekas yang kini muncul kembali, tuturnya, ialah milik orang-orang yang dulu sudah ditertibkan. "Mau dibangun taman bermain anak, warga sudah senang. Tapi, ini malah enggak jelas bagaimana ke depan. Ya mereka (pengepul barang bekas) balik lagi. Kita mau lapor juga percuma, sama siapa?" ketus Mita, 31, warga Gondangdia, Menteng.

saat menyusuri sepanjang jalur kolong elevated itu, memang hanya di sekitar Jalan Karang Anyar, Sawah Besar, yang steril dari bangunan dan tempat parkir liar. Namun, masih ada puing-puing bekas bangunan yang dibiarkan begitu saja di tepian jalan. Hanya di depan kantor Kecamatan Sawah Besar saja Media Indonesia menemukan sebuah taman bermain. Itu pun tidak mendekati, kalau tidak mau dibilang tidak layak, sebagai RPTRA. Bergeser ke kolong elevated di Gondangdia, sekitar Gedung MNC Tower, parkiran motor dan lapak pedagang kaki lima (PKL) tampak memenuhi jalur. Pada jam istirahat makan siang, kepadatan ekstra membuat pejalan kaki harus usaha lebih keras untuk melintas.

"Ya pasti mengganggu. Jalanan jadi sempit, lewat agak susah. Apalagi kalau ada mobil lewat," ujar Maya, seorang pengguna KRL yang rutin turun di Stasiun Gondangdia. Bagi para PKL, ceritanya lain lagi. Demi bertahan hidup, mereka bertahan di sana. Tapi, tentu tidak cuma-cuma. "Pasti ada setorannya lah ke petugas. Yang tau persis anak saya, berapa itu besarnya," tutur Lukman, 58, yang sudah belasan tahun berjualan makanan berat bersama anaknya. Menurut Humas PT KAI Suprapto, membangun lahan milik KAI butuh waktu panjang.

Meski janji membangun RPTRA sudah terucap, tahap perencanaan pun ternyata belum dimulai. "(Rencana pembangunan) belum ada. Nanti kita koordinasikan dahulu dengan tim aset (PT KAI)," singkatnya. Kepala Sudin Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Pusat mengaku, belum ada koordinasi antara pihaknya dan PT KAI menyangkut rencana tersebut.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya