Headline

Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.

Fokus

Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.

Operasi Bus Pengumpan 24 Jam

Yanurisa Ananta
01/2/2017 08:10
Operasi Bus Pengumpan 24 Jam
(MI/Ramdani)

SEBANYAK 26 bus Trans-Jakarta pengumpan di sembilan terminal siap diterjunkan. Bus itu akan mengantar dan menjemput penumpang menuju terminal tipe A di Jakarta meliputi Terminal Pulogebang, Kalideres, dan Kampung Rambutan.

Bus yang akan beroperasi 24 jam itu diturunkan menyusul akan ditertibkannya bus antarkota antarprovinsi (AKAP) yang masih beroperasi di sembilan terminal tersebut.

Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubung-an Elly Sinaga mengatakan selama ini banyak warga meng-eluh akses menuju Terminal Pulogebang masih terbatas.

Karena itu, 26 armada pengumpan akan menambah jumlah yang sudah ada sebanyak 30 armada. Seluruh bus pengumpan mulai beroperasi Rabu (1/2).

“Izin operasional feeder (pengumpan) kita keluarkan hari ini dan Rabu (1/2) sudah bisa beroperasi,” terang Elly Sinaga, Selasa (31/1).

Dengan beroperasinya 26 bus pengumpan, tidak ada lagi alasan calon penumpang mengeluhkan armada menuju Terminal Pulogebang. Ada sembilan terminal yang tidak boleh lagi menerima bus AKAP yaitu Terminal Pulo Gadung, Rawamangun, Pinang Ranti, Lebak Bulus, Pasar Minggu, Tanjung Priok, Rawa Buaya, Tanah Merdeka, dan Grogol.


Terkoneksi

Secara terpisah, PT Transportasi Jakarta (Trans-Jakarta) memastikan halte bus Trans-Jakarta koridor 13 yang melayani rute Tendean-Ciledug terintegrasi dengan stasiun mass rapid transportation (MRT) CSW di Jalan Sisingamangaraja, Jakarta Selatan.

“Jarak halte Trans-Jakarta koridor 13 ke stasiun MRT di CSW hanya 50 meter. Sudah terintegrasi dan terkoneksi. Jalan kaki dari halte ke stasiun MRT cuma 125 meter,” kata Direktur Utama PT Trans-Jakarta Budi Kaliwono di Balai Kota, Selasa (31/1).

Pernyataan Budi tersebut sekaligus membantah perkataan Cagub DKI Jakarta Anies Baswedan saat debat pilkada di Gedung Bidakara, Jumat (27/1). Ketika itu, Anies mengatakan pembangunan koridor 13 Trans-Jakarta tidak terintegrasi dengan stasiun MRT lantaran jarak keduanya 500 meter sehingga memberatkan pengguna transportasi umum.

Budi Kaliwono menegaskan, di beberapa negara, integrasi dua moda transportasi masih bisa ditoleransi jika jaraknya 300-400 meter. Lebih dari itu, jaraknya dianggap terlalu jauh. Menimbang kebutuhan dan permintaan masyarakat, jarak 125 meter penghubung kedua moda transportasi dinilai sudah baik.

Bahkan masyarakat pengguna Trans-Jakarta tidak harus turun dari koridor 13 untuk ke stasiun MRT. Nantinya ada langsung jalur menuju stasiun MRT. Hal itu belum bisa dilakukan saat ini karena operasional MRT baru mulai 2019.

Direktur Operasional PT MRT Agung Wicaksono menambahkan, pembangunan stasiun termasuk tempat pembelian tiket setinggi 6-7 meter harus selesai pada Maret 2019. Menurutnya, pembuatan jalan dari atas koridor 13 menuju stasiun MRT tidak buru-buru direalisasikan. “Sebenarnya kalau pakai anggaran 2018 pun masih sempat,” katanya.

Kepala Bidang Simpang dan Jalan tak Sebidang Dinas Binamarga DKI Heru Suwondo menjawab keluhan masyarakat soal ketinggian halte Koridor 13 setinggi 23 meter, akan dibangun lift di pintu masuk sisi selatan. (J-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya