Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
KEBAKARAN masih menjadi ancaman serius warga Ibu Kota. Kesadaran masyarakat akan bahaya kebakaran juga masih minim. Pun demikian, ada satu kelompok yang menjadi garda terdepan di tengah masyarakat yang mampu menjinakkan api.
Barisan relawan kebakaran atau balakar menjadi ujung tombak penanganan masalah kebakaran. Mereka tanpa pamrih membantu petugas pemadam kebakaran (damkar) memadamkan api jika terjadi kebakaran di satu wilayah.
Ahmad Saiful, Kepala Seksi Pencegahan dan Partisipasi Masyarakat Suku Dinas (Sudin) Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Timur, mengatakan kehadiran balakar diakui sangat membantu petugas dalam proses pemadaman kebakaran.
Apalagi, Jakarta Timur termasuk wilayah yang paling sering terjadi kebakaran. Dalam waktu Januari hingga Oktober 2015, tercatat ada 233 kasus kebakaran dengan taksiran kerugian Rp292,4 miliar. Di Jakarta Timur sendiri ada 589 balakar yang tersebar di 10 kecamatan. Mereka membantu petugas damkar di 19 pos dan 6 sektor pemadam kebakaran.
"Selama ini mereka sangat membantu. Apalagi di wilayah mereka yang terjadi kebakaran, mereka menjadi orang yang menanggulangi kebakaran pertama itu dan memberikan informasi ke kami," kata Saiful, kemarin (Kamis, 5/11/2015).
Saiful menjelaskan, dalam menjalankan tugasnya, balakar tidak bisa terjun langsung memadamkan api. Itu karena belum semua balakar mempunyai teknik dasar memadamkan api. Balakar, kata Saiful, hanya boleh masuk ke ring dua saat terjadi kebakaran seperti gulung selang, cari sumber air, dan pengamanan sekaligus pendataan korban.
"Apalagi mereka enggak dikasih asuransi keselamatan. Makanya, mereka hanya bertugas membantu. Tapi kehadiran mereka sangat membantu kami semua," jelas Saiful.
Yudith Runtupalit, 51, koordinator balakar Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur, mengatakan meski tidak diberikan imbalan dalam menjalankan tugas, ia bersama anggota balakar lainnya mengaku tidak masalah. Tugas menjadi balakar dianggap sebagai kerja sosial untuk membantu warga dalam menangani kebakaran di wilayahnya.
"Kami juga sering adakan sosialisasi bahaya dan penanganan kebakaran ke tingkat RT dan RW. Ini tugas mulia, kami enggak berharap lebih," ucapnya.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Disdamkartan) DKI Jakarta Subejo menjelaskan kehadiran balakar merupakan upaya yang dilakukan pihaknya dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran di lingkungan permukiman, terutama lingkungan padat hunian. Jumlah anggota balakar di DKI Jakarta yang terdiri atas lima wilayah kota administrasi termasuk Kepulauan Seribu sebanyak 2.800 orang.
Menurut pengamat perkotaan dari Universitas Tarumanegara Sunaryo Herlambang, pemadaman dan pencegahan kebakaran di Ibu Kota memang tidak hanya cukup mengandalkan petugas, tapi juga harus memanfaatkan komunitas.
Masyarakat menjadi elemen yang sangat penting untuk tindakan pemadaman dan pencegahan bencana di kota-kota besar. Terlebih lagi, dari sisi tata ruang, Jakarta tidak mudah diperbaiki karena permukiman penduduk serta kawasan komersial yang semakin berkembang.
"Bukan hanya teknis dan petugas yang berbicara, melainkan juga masyarakat. Bentuk masyarakat relawan tanggap api, karena kebakaran di Jakarta juga sering kali menimpa pemukiman padat yang sulit dimasuki mobil. Dari situ masyarakatlah yang menjadi utama," kata Sunaryo, Rabu (4/11).
Selain memberdayakan masyarakat melalui komunitas tanggap api, pemetaan wilayah titik-titik rawan kebakaran seharusnya sudah dimiliki oleh Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta. Dari pemetaan tersebut, nanti muncul wilayah-wilayah yang masyarakatnya perlu mendapat pembinaan tentang pencegahan dan penanganan kebakaran.(Mal/Ssr/Put/J-4).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved