Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
MENANGANI dan melayani penderita gangguan jiwa tidak semudah menangani pasien penyakit medis umum.
Pemberi pelayanan harus memiliki kesabaran ekstra dibarengi tingkat ketekunan yang tinggi sebab orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) kerap menunjukkan perilaku aneh.
Keadaan demikian harus dilalui Risma, salah satu perawat dari 59 petugas yang melayani 854 penderita gangguan jiwa di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1, Cengkareng, Jakarta Barat.
Sejak pagi buta, perempuan yang tiga tahun belakangan mengabdi di panti itu mulai membagikan obat kepada beberapa warga binaan.
Beberapa kali ia harus mengeluarkan jurus rayuan supaya obat yang disodorkannya benar-benar diminum penderita.
Umumnya, warga binaan di panti tersebut dalam kondisi tenang meskipun sangat jarang terjadi interaksi aktif antara satu penghuni dan lainnya.
"ODMK tidak seperti yang dibayangkan banyak orang bahwa mereka brutal dan suka mengamuk. Kalau rutin diberi obat, ya seperti ini, mereka tenang," tuturnya.
Meski Risma terbilang belum terlalu lama menjadi perawat di panti itu, hubung-annya dengan warga binaan terlihat akrab.
Salam hangat langsung disampaikan para warga binaan, beberapa di antara mereka juga menghampiri dan mencium tangan Risma.
Selain perawat, di panti itu juga terdapat seorang mantan ODMK yang kini dengan suka-rela ikut merawat warga binaan lainnya.
Laki-laki asal Sukabumi, Jawa Barat, bernama Rahman itu tengah menyuapi salah satu warga binaan.
Rahman ditemukan di jalan lima tahun lalu.
Sekitar dua tahun belakangan kondisi kejiwaannya stabil sehingga diizinkan kembali ke masyarakat.
Namun, hingga kini petugas belum juga menemukan keluarganya.
"Saya enggak punya siapa-siapa. Jadi, bantu ibu (kepala panti) urus yang lain," ujarnya dengan nada sedih.
Selain Rahman, masih ada puluhan warga binaan lainnya yang diberdayakan sebagai tenaga untuk berbagai pekerjaan.
Menurut Kepala Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 Sarima, mereka yang memilih tetap tinggal di panti, kendati kejiwaannya sudah stabil, selain tidak diketahui tempat tinggal keluarganya, juga ada yang memang ditolak oleh keluarga.
"Banyak juga yang setelah kami temukan alamatnya, keluarga menolak (kepulangan penghuni panti). Padahal, kami meyakinkan keluarga bahwa mereka baik-baik saja asal minum obat. Alasan penolak-an karena takut mengamuk atau mengganggu tetangga," tuturnya. (DA/J-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved