Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Museum Fatahillah masih Jadi Primadona

(Aya/J-4)
25/11/2016 01:15
Museum Fatahillah masih Jadi Primadona
(MI/RAMDANI)

MUSEUM Fatahillah yang berada di Jalan Taman Fatahillah Nomor 1 Kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, menjadi primadona di antara museum-museum yang berada di bawah Unit Pengelolaan Museum Kesejarahan Jakarta. Pada akhir pekan, masyarakat Jakarta datang bukan hanya untuk mengunjungi museum, melainkan juga berfoto di hadapan gedung yang ikonis tersebut.

Lokasi strategis itu membuat Museum Fatahillah menang pamor jika dibandingkan dengan dua museum lainnya yang berada di bawah UP Museum Kesejarahan Jakarta, yaitu Museum Joang 45 di Jalan Menteng Raya Nomor 31, Jakarta Pusat, dan Museum Moehamad Husni Thamrin di Jalan Kenari II Nomor 15, Senen, Jakarta Pusat.

"Di sekitar Museum Fatahillah ada jenis rekreasi lainnya. Gedung Fatahillah juga terbilang ikonis sehingga yang datang tidak hanya untuk menikmati museum, tetapi juga berfoto di depan gedung," kata Kepala UP Museum Kesejarahan Jakarta Sri Kusumawati kepada Media Indonesia, beberapa waktu lalu. Di hari libur biasa, kata dia, pengunjung Museum Fatahillah bisa mencapai 6.000-7.000 orang.

Bahkan, pada libur Hari Raya Lebaran kemarin, jumlah pengunjung melonjak hingga 13 ribu orang. Angka tersebut jauh berbeda jika dibandingkan dengan Museum Joang 45 dan Museum Husni Thamrin. Museum Joang 45 masih diuntungkan dengan rombongan murid sekolah yang berkunjung. Setiap hari pengunjung hanya di kisaran 100 orang. Sementara itu, Museum Husni Thamrin hanya kedatangan 10-15 pengunjung setiap harinya.

Lokasi Museum Husni Thamrin dengan akses jalan yang sempit membuat pengunjung enggan datang. "Ke depannya tentu kita ingin museum ramai. Ini harus kerja sama dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) lainnya untuk memperlebar akses jalan," kata Sri. Perawatan rutin menjadi salah satu upaya UP Museum Kesejarahan Jakarta untuk menarik pengunjung. Pada 2016 UP Museum Kesejarahan Jakarta menerima anggaran Rp10 miliar untuk mengelola tiga museum itu, termasuk gaji pekerja harian lepas dan layanan kebersihan.

Sisanya digunakan untuk perawatan berupa pengecatan, perbaikan dinding, dan pemeliharaan koleksi. "Tiap kerusakan ringan akan diperbaiki sendiri, sedangkan kerusakan berat akan ditangani Dinas Pariwisata DKI Jakarta melalui Unit Pusat Konservasi Cagar Budaya," tutupnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya