Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Tablet Bahan Kimia si Penumpas Rayap

(Putri Anisa Yuliani/J-4)
25/11/2016 01:00
Tablet Bahan Kimia si Penumpas Rayap
(MI/RAMDANI)

PETUGAS-PETUGAS bermasker khusus menanamkan tablet bahan kimia di permukaan lantai bangunan Museum Sejarah Jakarta beberapa waktu lalu. Teknik yang dikenal dengan fumigasi bangunan itu dilakukan untuk mematikan jamur dan serangga pada museum. Diperlukan waktu empat hingga tujuh hari untuk benar-benar memastikan tablet kimia yang ditanam menguap dan melepaskan seluruh zat kimia ke udara hingga tak bersisa. Konservator Unit Pengelola Pusat Konservasi Cagar Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Sutita menjelaskan umumnya baik bangunan maupun koleksi museum harus difumigasi satu kali dalam dua tahun.

Sementara itu, setiap koleksi museum akan dibawa ke laboratorium UP Pusat Konservasi Cagar Budaya yang berlokasi di kawasan Kota Tua untuk mendapatkan perbaikan dan fumigasi. "Metodenya sama. Ketika diletakkan tablet kimia, bangunan museum harus ditutup dan steril. Koleksi semua yang berada di lab yang steril tertutup selama empat hari sampai satu minggu," ujarnya. Dalam melakukan perawatan museum itu, para petugas harus menerapkan teknik keselamatan yang ketat, terutama menggunakan masker wajah penuh untuk melindungi dari paparan gas bahan kimia yang menguap.

Gas bahan kimia sangat berbahaya bagi pernapasan karena bisa membuat penghirupnya tak sadarkan diri. Karena itu, museum dan benda koleksi tidak bisa begitu saja dibuka kembali untuk dipamerkan seusai fumigasi. Sutita menjelaskan, untuk fumigasi bangunan, setidaknya dibutuhkan hingga 1.500 tablet bahan kimia per 200 meter persegi luas bangunan. Dengan demikian, untuk bangunan Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahilah yang memiliki luas 1.300 meter persegi, diperkirakan dibutuhkan sebanyak 9.000 hingga 10 ribu butir tablet bahan kimia.

"Semakin luas tentunya semakin banyak bahan kimia yang dibutuhkan, tetapi bergantung pada bahan kimia yang dipakai. Kalau keras ya butuhnya sedikit, tapi butuh waktu lebih lama mensterilkan atau menutup bangunan maupun koleksi," jelasnya. Para petugas, kata dia, harus melakukan pengecekan pada hari kelima atau keenam setelah fumigasi dilakukan. "Masih ada kadar gasnya atau tidak. Jika sudah tidak ada, harus dibersihkan dengan dibiarkan terbuka agar ada pertukaran udara. Satu atau dua hari kemudian baru bisa dibuka lagi untuk umum."

Sementara itu, Kepala Subbagian Tata Usaha UP Pusat Konservasi Cagar Budaya Nelita mengatakan pihaknya kerap mengirim konservator untuk belajar konservasi ke luar negeri, seperti ke Singapura, Amerika Serikat, Jepang, dan Italia. Hal itu dilakukan agar para konservator lebih piawai dalam melakukan perawatan koleksi-koleksi yang sudah uzur. "Di Jepang konservator kami khusus belajar tentang konservasi kertas. Sementara itu, di Belanda mereka belajar tentang kayu dan di Singapura dan AS mereka belajar tentang konservasi tekstil," kata Nelita.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya