Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Merawat Museum agar Tetap Menawan

Yanurisa Ananta
25/11/2016 00:45
Merawat Museum agar Tetap Menawan
(MI/RAMDANI)

IBARAT manusia, museum di Jakarta yang termasuk bangunan cagar budaya membutuhkan perawatan ekstra. Jika manusia harus mandi, berolahraga, dan merawat tubuh ke salon kecantikan, museum juga sama. Perawatannya disebut fumigasi. Bagi Ade Purnama, pendiri Komunitas Sahabat Museum, fumigasi yang dilakukan bukan sekadar merawat museum agar menarik pengunjung, melainkan juga sebagai bentuk apresiasi dari peninggalan sejarah yang dimiliki. "Ini (fumigasi) tentu membuat museum lebih segar. Bukan hanya semakin banyak pengunjung saja nantinya, melainkan juga bentuk apresiasi museum beserta isinya," kata Ade, akhir pekan lalu.

Satu hal yang harus ditekankan, jelas Ade, dalam perawatan museum, benda peninggalan sejarah atau koleksinya tetap harus terjaga. Ada beberapa museum yang berlampu redup, berjalan gelap, dan masyarakat menganggap museum tersebut angker atau menyeramkan. Kendala itu, ungkap pendiri komunitas yang terbentuk sejak 2002 tersebut, bisa ditutupi dengan koleksi yang ada di museum. Satu hal yang paling disoroti dari kondisi museum di Jakarta, kata Ade, ialah kebersihannya.

Ia mencontohkan, kondisi toilet di museum masih cukup memprihatinkan. Hal itu tentu berpengaruh pada citra museum tersebut. "Sangat disayangkan karena citra museum di nilai secara keseluruhan," sesal Ade. Soal perawatan, Staf Bagian Koleksi dan Reparasi Museum Sejarah Jakarta, Khasirun, mengatakan kondisi bangunan museum yang sudah tua, ditambah dengan lokasinya museum yang tak jauh dari pantai utara Jakarta, membuat kadar air di dalam tanah di area berdirinya museum cukup tinggi. Hal ini turut memicu tingkat kelembapan struktur bangunan museum sehingga berdampak pada rentannya perkembangan serangga dan rayap.

Harus rutin
Perawatan dengan fumigasi, menurut Khasirun, berguna untuk mensterilkan museum dari ancaman serangga, rayap, hingga tikus yang merusak bangunan dan koleksi museum. "Karena pertumbuhan insects dan rayap ini sangat cepat. Dalam waktu singkat bisa jadi jutaan insects berkembang," kata Khasirun, saat ditemui, pekan lalu. Di Museum Sejarah Jakarta, terdapat 24 ruangan yang kini tengah difumigasi. Di dalamnya, sejumlah koleksi turut disertakan, seperti lemari, tempat tidur, meja, dan kursi yang rentan digerogoti serangga dan rayap.

Untuk koleksi seperti lukisan yang dinilai rentan jika terkena zat kimia, pada pelaksanaan fumigasi, itu semua bisa dibungkus dengan menggunakan plastik khusus agar tak merusak keasliannya. Sebelumnya, Museum Sejarah Jakarta terakhir kali difumigasi pada 2012 silam. Setelah empat tahun, teknik fumigasi baru bisa kembali dilaksanakan. "Idealnya fumigasi itu sekali setahun karena pertumbuhan bakteri dan rayap itu cepat sekali. Kalau dibiarkan, kerugiannya justru bisa lebih besar lagi karena ini menyangkut cagar budaya dan barang bersejarah," papar Khasirun.

Museum Joang 45, yang dibangun pada 1920, masih terbilang kukuh. Nuansa bangunan zadul khas Belanda tetap dipertahankan. Untuy Supardi, salah satu pemandu di sana, mengakui perawatan rutin harus dilakukan. Apalagi, lokasi museum berada tepat di pinggir Jalan Menteng, Jakarta Pusat, yang ramai lalu lalang kendaraan bermotor. Selain itu, rayap bisa membuat kayu-kayu kosen dan koleksi museum menjadi keropos. "Saya sudah dengar soal fumigasi dan itu demi keberlangsungan museum supaya bisa tetap memberi tahu sejarah perjuangan Indonesia," ujarnya.

Di sisi lain, Kepala UP Museum Kesejarahan Jakarta Sri Kusumawati menjelaskan, instansi itu terbentuk pada 2015. Sejak itu, Museum Fatahillah, Museum Joang 45, dan Museum Husni Thamrin dikelola UP Museum Kesejahteraan Jakarta. Sebelumnya, tiap-tiap museum berdiri sendiri. Salah satu upaya menarik pengunjung untuk datang ke tiga museum itu ialah dengan melakukan perawatan rutin. Penyebabnya, gedung-gedung museum terbilang sangat tua.

Gedung Museum Fatahillah dibangun pada sekitar 1710, Museum Joang 45 pada 1920, dan Museum Husni Thamrin pada awal abad ke-20. "Fumigasi harusnya rutin dilakukan tiap tahun karena ancaman rayap cukup tinggi karena Jakarta daerah tropis juga tingginya intrusi air laut sudah sampai ke mana-mana. Meski Museum Fatahillah baru dikonservasi pada 2013-2014, fumigasi tetap harus dilakukan," tambah Sri.

Selama eksekusi fumigasi itu, ketiga museum itu harus ditutup untuk sementara. Museum Fatahillah akan ditutup pada 14-19 November 2016, sedangkan Museum Joang 45 dan Museum Husni Thamrin akan ditutup untuk sementara pada 28 November-1 Desember 2016. (Mal/Beo/Nic/J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya