Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
BIKIN malas jika berbelanja ke Pasar Balimester.
Itulah kesan yang dirasakan Surya, 37, warga Kampung Melayu, Jakarta Timur, kemarin.
Bukan soal harga atau kualitas barangnya, tapi suasana di sana ruwet dan sumpek.
Pedagang kali lima (PKL) seenaknya membuka lapak dagangannya, sehingga jalan menyempit. Calon pembeli harus berjuang untuk berjalan.
"Suka berdesak-desakan. Jika tidak waspada dompet bisa hilang dicopet," ujar Surya yang beberapa kali bersama istrinya berbelanja baju untuk buah hatinya.
Keberadaan PKL, menurut Surya, sebenarnya tidak mengganggu asalkan ditata dengan baik.
Diatur sehingga calon pembeli nyaman memilih-milih. JIka PKL dibiarkan, justru membuat enggan pembeli datang.
"Minggu lalu, saya ke Pasar Bali-mester sudah jauh berbeda. PKL sudah mulai ditata, meski belum seluruhnya. Lebih nyaman," ujar Surya.
Dari pantauan di sana, puluhan PKL di bagian utara Pasar Bali-mester sudah ditata dengan cukup baik.
Tenda PKL dari kayu dengan terpal yang terkesan berantakan, diubah dengan kanopi berbahan baja ringan.
Selain itu, lapak berjualan dipersempit untuk bisa memberi ruang bagi kendaraan dan para pejalan kaki.
"Kini jalan yang dilalui mobil lebarnya 5,5 meter. Sebelumnya hanya 3,5 meter karena PKL jualannya tidak dibatasi ruangnya, malah makan badan jalan. Jadi dagangannya sekarang dimundurkan. Selanjutnya, untuk pejalan kaki, disediakan pula koridor di antara PKL dan toko. Lebarnya 1,5 meter," terang Akmal, 36, salah satu pedagang yang berjualan busana.
Biaya swadaya
Akmal yang juga pengurus Paguyuban PKL Pasar Balimester mengungkapkan, awalnya penataan PKL hanya direncanakan untuk yang berjualan di sisi utara saja.
Penataan dilaksanakan Juni lalu.
Ternyata, PKL di timur dan barat pasar juga ingin lapaknya ditata.
Permintaan itu disanggupi dengan syarat mereka mau mengikuti aturan yang berlaku, antara lain menyediakan ruang bagi kendaraan bermotor dan para pejalan kaki.
Lantaran itu, kini sisi barat pasar juga ditata.
Di sana ada 97 pedagang busana dan buah yang lapaknya sudah dipasangi kanopi. Baru sepekan ditata, progresnya baru 50%.
Sebab belum ada koridor untuk pejalan kaki dan juga untuk jalan masuk ke toko.
Untuk PKL di sisi timur, ada 102 penjual barang-barang pecah belah yang minta juga ditata.
Permintaan tersebut, jelas Akmal, baru bisa dilaksanakan setelah sisi barat selesai.
Ditargetkan, penataan seluruh lapak PKL rampung pada akhir tahun ini.
"Luas lapak dipangkas tidak masalah. Selama pembeli nyaman dan senang, pasti membuat mereka kembali dan berbelanja di sini," kata Akmal.
Soal penataan PKL di sana, ungkap Ketua RW 006 Sri Mulyono, sudah diusulkan hingga tingkat provinsi sejak awal tahun ini.
Namun, dijanjikan tahun depan karena harus menunggu anggaran turun.
Karena itu, para PKL memutuskan untuk menata secara swadaya.
Awalnya, setiap PKL diputuskan membayar Rp4 juta untuk pemasangan kanopi, tapi ditolak karena mereka mengaku tidak memiliki uang sebanyak itu.
"Jadi dicicil. Per hari Rp25 ribu selama enam bulan. Pemasangan kanopi tentu sudah dibicarakan dengan semua pihak dan yang terpenting dengan pemilik toko, karena PKL berjualan di depan mereka. Kami sampai lima kali rapat sejak Januari lalu," kata Mulyono.
Kepala Sudin Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan (KUMKMP) Jakarta Timur Arfian mengakui pihaknya memiliki anggaran terbatas.
Pihaknya sangat terbantu karena para pedagang menata lapaknya dengan inisiatif dan biaya sendiri.
Ke depannya, PKL Pasar Balimester akan menjadi binaan Dinas KUMKMP. (J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved