Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
KISAH sukses normalisasi Waduk Ria Rio di Jakarta Timur semasa Joko Widodo menjabat Gubernur DKI Jakarta menjadi contoh nyata. Upaya serius menanggulangi banjir dengan normalisasi waduk bisa dilakukan. Kawasan menjadi indah tertata dan fungsi waduk menjadi penampung air hujan serta cadangan air di musim kemarau. Sayangnya, dari 70 waduk di Jakarta, belum semuanya berfungsi optimal. Masih 26 dari 70 waduk dalam proses pembebasan lahan di tahun anggaran ini.
Jumlah total waduk, situ, dan embung yang menjadi aset Pemprov DKI saat ini mencapai 105 unit. "Dari 105 waduk, situ dan embung di Jakarta sedang kita normalisasi terus agar bisa berfungsi dengan normal. Tahun depan akan kita pagari untuk pengamanan aset. Ditargetkan, normalisasi 70 waduk kita genjot agar berfungsi dengan normal tahun depan," janji Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta Teguh Hendrawan kepada Media Indonesia, Rabu (10/11).
Sebanyak 26 waduk yang lahannya masih dalam pembebasan di antaranya Waduk Cimanggis, Waduk Sunter Hulu, Waduk Rawa badung, Waduk Kamal, dan Waduk Surilang. Kendala lainnya, ungkap Teguh, jumlah alat berat yang belum mencukupi. Untuk Waduk Ria Rio, Jakarta Timur, jelas Teguh, kini ditangani PT Pulomas sudah dilakukan penataan dan pembersihan. Pengerjaan Waduk Ria Rio disiapkan untuk gelaran ASEAN Games 2018.
Waduk lainnya ialah Waduk Pluit. Teguh mengatakan Waduk Pluit yang berada di Jakarta Utara sudah berfungsi sebagai penampung air di kala hujan datang. Waduk yang sudah berfungsi lainnya ialah Waduk Sunter Selatan, Waduk Sunter Utara, Waduk Rawa Badak, Waduk Brigif, Waduk Marunda, Waduk Rambutan 1, Waduk Wijaya Kusuma, dan Waduk Grogol. Selain itu, Waduk Tomang, Waduk Duri Kepa, dan Waduk Hankam 1 dan 2 sudah berfungsi. "Waduk itu berfungsi sebagai tadahan air saat musim hujan. Lalu kita bisa membagi air saat musim kemarau. Bisa dijadikan area wisata air, pemancingan, sarana olahraga air seperti yang ada di Sunter Utara," kata Teguh.
Kendala normalisasi
Kepala Seksi Pemeliharaan Aliran Timur Dinas Tata Air DKI Jakarta, Adrian, mengungkapkan setidaknya ada tiga masalah dalam penertiban waduk di Jakarta. Pertama, pembebasan lahan untuk waduk-waduk baru. Proses pembentukan waduk baru di Badan Pertanahan Negara (BPN) memakan waktu lama sebab ketika mengajukan rencana di tahun ini, pembayaran lahan kepada masyarakat baru bisa dilakukan tahun berikutnya. Belum lagi, masyarakat yang tidak setuju dengan harga appraisal yang telah ditentukan.
Kedua, posisi waduk yang berada di tengah rumah warga menyulitkan alat berat untuk masuk ke area waduk. Misalnya, di awal pembangunan Waduk Rambutan 1, Jakarta Timur, dengan luas 6 hektare sulit mengakses pintu masuk karena jalan hanya selebar 3 meter, sementara dibutuhkan sekitar 12 alat berat dengan lebar 4,5-5 meter untuk mengeruk Waduk Rambutan.
"Kalau pakai alat berat yang kecil, harus banyak. Kalau begitu, kapan selesainya?" kilah Adrian.
Ketiga, tanah merah hasil kerukan menumpuk di area waduk dan membuat area waduk berkurang. Pasalnya tanah merah tidak bisa dibuang ke sembarang tempat. Untuk diolah kembali, Dinas Tata Air bekerja sama dengan Dinas Pertamanan untuk melelang tanah merah untuk dijual ke pihak ketiga. "Misalnya, kami keruk 4 ton, lalu 2 tonnya kami buat turap. Akhirnya numpuk. Harusnya luas waduk 1 ha jadi berkurang," tambah Adrian.
Menurut pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna, normalisasi waduk, situ, dan embung di Jakarta sangat mendesak sebagai penampung air. Fungsinya belum dimaksimalkan dan dimanfaatkan karena sistem pengelolaan yang tidak jelas. Misalnya, siapa yang bertanggung jawab? Apakah pemerintah pusat atau Pemprov DKI Jakarta dinilai Yayat belum jelas.
"Ini menjadi sebuah persoalan bukan hanya soal siapa yang bertanggung jawab, tapi memengaruhi persoalan anggaran dan kebijakan nantinya," terang Yayat. Revitalisasi waduk di Jakarta sudah seharusnya menjadi isu besar. Salah satu cara menambah wadah penampungan air di Jakarta, lanjut Yayat, ialah dengan mengembalikan fungsi area rawa di Jakarta sebagai area serapan air hujan, misalnya Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Selain sebagai area penampungan air, area sekitar waduk bisa dimanfaatkan sebagai ruang interaksi sosial masyarakat, seperti momen perayaan kebudayaan atau festival. Namun, sayangnya belum banyak yang tertarik memanfaatkan area waduk menjadi ruang terbuka bersama. (J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved