Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Fokus

Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.

Persaingan Antena dan Tali Jemuran

(Mal/J-1)
07/11/2016 00:00
Persaingan Antena dan Tali Jemuran
(MI/PANCA SYURKANI)

RUMAH Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Karanganyar yang terletak di Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat merupakan satu di antara beberapa rusun yang akan direnovasi Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Kondisi rusun cukup memprihatinkan, mulai dari bocor hingga tembok yang retak. Dari pantauan Media Indonesia, rusun yang dibangun pada 1984 itu tampak kumuh. Cat warna biru dan krem sudah banyak yang terkelupas. Belum lagi keretakan pada dinding di hampir semua sudut rusun terlihat. Kondisinya pun semrawut.

Jemuran baju yang dibikin asal-asalan di muka gedung oleh para penghuni rusun seperti menjadi penyambut tiap tamu yang datang. Ratusan antena televisi terselip di antara jemuran-jemuran itu. Saat diresmikan, rusun itu terlihat mentereng. Namun karena minimnya perawatan dan perilaku penghuni yang dibiarkan seenaknya, banyak yang memelesetkan rusun itu kini bagaikan kandang burung. Lorong-lorong di tiap blok dan lantai hampir dipenuhi barang-barang milik penghuni.

Kondisinya mirip gang senggol yang pengap dan lembap karena sinar matahari sulit masuk. Untaian kabel listrik yang kusut terlihat di mana-mana. Tak jarang, pemilik sampai sulit mengenali unit kabel listrik mana yang jadi miliknya. Kondisi makin membahayakan karena kabel-kabel itu menempel di dinding yang terkena rembes-an air.Sebagian dinding bahkan sudah berlumut. "Itu karena instalasi pipa air yang rusak jadi air merembes ke tembok. Pipanya ada di balik tembok dan sudah rusak sejak lama. Agak waswas juga tinggal di sini, tapi mau bagaimana lagi," kata Uus, 45, salah satu penghuni rusun.

Rusunawa percontohan di era Presiden Soeharto itu memiliki 126 unit kamar. Unit itu harus dibagi oleh 526 keluarga yang menghuninya. Rusunawa dilengkapi beberapa fasilitas yakni area parkir, musala, taman, dan area bermain anak. Warga selama ini membayar retribusi mulai dari Rp54 ribu hingga Rp100 ribu per bulan. "Warga saat ini lagi pusing, kita mau pindah ke mana, sedangkan pembangunan rusun katanya akan memakan waktu setahun. Ini saya lagi cari-cari kontrakan, tapi enggak ada yang harganya (murah) segitu," ujar Uus.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya