Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Era Baru Transportasi Publik

Arif Hulwan
22/9/2015 00:00
Era Baru Transportasi Publik
(Sumber: PT MRT/JTSC/L-1/Foto: MI/Panca Syurkani/Grafis: Tiyok)

SETELAH lama tertunda, Presiden Joko Widodo akhirnya meresmikan pengeboran perdana pembangunan terowongan untuk mass rapid transit (MRT) Jakarta atau moda raya terpadu Jakarta di Patung Pemuda Senayan, Jakarta Selatan, kemarin. Indonesia pun memasuki era baru transportasi publik.

Presiden Jokowi menyesalkan penilaian sejumlah pihak terkait dengan untung dan rugi pengerjaan proyek sarana MRT. Proyek MRT dinilai tidak membawa keuntungan besar sehingga mandek cukup lama.

"MRT 26 tahun tidak diputus-putuskan, kenapa selalu yang dihitung ialah untung dan rugi? Topiknya ya pasti enggak untung, sampai kapan pun dijelaskan dan kalkulasi apa pun tidak akan pernah untung," kata Jokowi saat meresmikan pengeboran perdana terowongan untuk MRT.

Menurut Jokowi, sampai kapan pun proyek infrastruktur tidak akan mendatangkan untung. Namun, ada benefit jangka panjang bagi negara dan masyarakat. Oleh sebab itu, kata dia, dibutuhkan peran pemerintah dalam memberikan subsidi.

Berangkat dari pemikiran itu, mantan Gubernur DKI Jakarta itu memutuskan untuk melakukan ground breaking pembangunan terowongan MRT pada 10 Oktober 2013.

Saat itu, Jokowi menjabat orang nomor satu DKI dengan wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama. Jokowi yakin proyek tersebut selesai tepat waktu, apalagi menggunakan tunnel boring machine.

Pengeboran perdana ditandai penarikan tuas oleh Presiden Jokowi. Jokowi juga memberikan nama Antareja untuk mesin bor pertama dalam pembangunan terowongan MRT tersebut.

Nama tersebut diambil dari putra Bima dalam tokoh pewayangan. Dengan nama itu, mesin bor diharapkan bisa bekerja setangguh tokoh Antareja.

Sinergi dengan tata ruang

Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit mengatakan moda transportasi massal berbasis rel harus disinergikan dengan penataan tata ruang agar tidak sia-sia.

Pemerintah, kata dia, pernah gagal dalam penataan tata ruang saat kereta commuter line selesai dibangun. Akibatnya, kawasan stasiun dan pinggir rel kemudian menjadi kawasan kumuh.

"MRT akan menjadi pembuka kesempatan menata sistem rel modern di perkotaan Indonesia. Dalam sistem itu, jaringan rel dan stasiun akan menjadi backbone pergerakan manusia. Sistem yang menjadikan stasiun sebagai pusat pertumbuhan dan memberi orientasi tata ruang," kata Danang ketika dihubungi, kemarin.

Dia mencontohkan negara-negara maju yang lebih dahulu mengembangkan MRT seperti Taipei, ibu kota Taiwan, dan Seoul di Korea Selatan. Kedua negara tersebut sukses membangun sistem transportasi berbasis rel yang terintegrasi maksimal dengan armada bus.

"Indonesia khususnya Jakarta harus mencontoh kota-kota Asia yang kini merepresentasikan pembaruan transportasi publik," tuturnya.

Wagub DKI Djarot Saiful Hidayat optimistis bahwa fase satu pembangunan sarana MRT akan selesai sebelum Asian Games 2018.

(Ssr/Put/X-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya