Headline
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
BANGUNAN berlantai empat di Terminal Terpadu Pulo Gebang, Jakarta Timur, layaknya pusat perbelanjaan modern.
Sayangnya, sejumlah fasilitas di bangunan seluas 5,4 hektare itu belum banyak yang beroperasi.
Secara teknis, terminal seluas 12,5 hektare dan termewah di Asia Tenggara itu sudah aktif sejak 2011.
Pada waktu itu, terminal itu hanya melayani perjalanan dalam kota, sedangkan perjalanan luar kota baru beroperasi pada Mei 2016 dan belum maksimal.
Sejumlah kendala menghimpit terminal yang dibangun sejak 2010.
Rencananya, terminal itu menjadi pengganti Terminal Pulogadung dan Terminal Rawamangun.
Namun, entah kapan rencana itu bisa direalisasikan.
Dari pantauan di lapangan, fasilitas yang belum beroperasi antara lain eskalator, pendingin ruangan, dan park and ride.
Kepala Satuan Pelaksana Sarana dan Prasarana Unit Pengelola Teknis (UPT) Terminal Terpadu Pulo Gebang Piten Sagala berkilah itu terjadi karena belum banyak penumpang.
"Jadi, sekarang ini digunakan sesuai dengan kebutuhan," kata Piten kepada Media Indonesia, akhir pekan lalu.
Selain itu, lahan komersial yang ada untuk kios dan pusat perbelanjaan masih kosong.
Menurut Piten, pihaknya masih mencari tahu seperti apa sistem sewa atau retribusi yang bakal diterapkan di sana.
Belum lama ini PD Pasar Jaya meninjau beberapa lokasi yang mungkin akan dibangun sebagai pusat perbelanjaan.
"Kami juga masih mencari siapa yang bisa jadi pengelola lahan komersial karena sepertinya bukan UPT. Itu juga masih didiskusikan dengan Badan Pengelola Keuangan Daerah DKI Jakarta karena ini (Terminal Pulo Gebang) kan milik mereka," kata Piten.
Calon penumpang di sana pun bakal kebingungan karena minimnya penunjuk arah.
Penunjuknya hanya terbuat dari kertas bertuliskan arah loket, toilet, dan lobi kedatangan atau keberangkatan, serta larangan membuang sampah dan merokok.
Terlihat beberapa calon penumpang menengok ke kiri dan kanan dengan muka bingung.
Walau demikian, Kepala Satuan Pelaksana Operasional dan Kemitraan UPT Terminal Pulo Gebang Esa Pinem menegaskan layanan kepada penumpang tetap optimal.
Penumpang dijamin tidak bakal dipaksa petugas bus untuk membeli tiket. Jika ketahuan, petugas itu dapat sanksi dari UPT.
Akses sulit
Saat ini ada 54 perusahaan otobus (PO) yang beroperasi di Terminal Pulo Gebang.
Mereka berasal dari Terminal Pulogadung.
Baru 31 PO yang mendapat tempat permanen dan sisanya menempati meja-meja yang disediakan UPT.
"Katanya sih kami mau disediakan tempat permanen, tapi tidak tahu kapan," kata Nini, petugas PO Agra Mas.
Menurut Herman Sitompul, petugas PO Sinar Jaya, sepinya penumpang di Terminal Pulo Gebang disebabkan akses menuju terminal yang masih sulit.
Apalagi, masih beroperasinya Terminal Pulogadung dan Rawamangun.
"Kami minta ketegasan pemerintah, kalau memang mau dipindah semua ke Pulo Gebang, yang di Pulogadung ya segera ditutup dong," kata dia.
Belum lagi terminal-terminal bayangan yang ada di sekitar Pulogadung dan beberapa titik lainnya di perbatasan Jakarta dengan Bekasi.
Jika belum ditertibkan, Herman yakin, kondisi Terminal Pulo Gebang masih seperti saat ini.
Untuk jumlah penumpang, dari data yang dipegang Pinem, terlihat ada peningkatan sejak terminal itu dibuka tiga bulan lalu.
Ada 58.740 penumpang pada Juli lalu dan melonjak menjadi 255.992 pada bulan lalu.
Sementara itu, selama 24 hari pada Oktober ini, tercatat jumlah penumpang mencapai 66.084 orang.
"Setelah Idul Adha, jumlah penumpang menurun dan memang begitu musimnya. Diprediksi naik lagi pada Desember," katanya.
Diketahui, Terminal Pulo Gebang dibangun pada 2009 dan selesai pada 2012, dengan anggaran sebesar Rp600 miliar.
Terminal itu menjadi pusat untuk mudik dan kedatangan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. (J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved