Headline

Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.

Fokus

Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.

Repotnya Pengendali Toka di Pintu Pelintasan Kereta

Minanty Ayu Prasasty/J-4
18/9/2015 00:00
Repotnya Pengendali Toka di Pintu Pelintasan Kereta
(MI/RAMDANI)
SEBAGAI penjaga pintu pelintasan kereta, Sumarno tidak boleh mengantuk atau lengah sedikit pun.

Pandangannya tidak boleh lepas dari dua baris rel kereta di hadapannya.

Pada ruang kecil di kanan pintu pelintasan kereta dekat Stasiun Tebet, Jakarta Selatan itu, ia bertanggung jawab penuh atas alat yang disebut toka.

Alat dengan tombol merah dan hijau itu berfungsi untuk mengatur buka-tutup pintu pelintasan kereta yang berada tepat sebelum stasiun tersebut.

Alat itu memang bisa diatur otomatis. Ketika kereta yang melaju sudah berada 500 meter sebelum pintu pelintasan, sensor akan menyala dan pintu lintasan otomatis akan menutup.

Namun, pengaturan itu tidak berlaku di jam-jam padatnya lalu lintas kereta.

"Kepadatan kereta terjadi pagi hari. Mulai pukul 05.00 sampai pukul 09.00. Saat itu kereta hampir masuk setiap dua menit sekali. Kereta akan datang dari utara ke selatan ataupun sebaliknya," kata Sumarno saat berbincang dengan Media Indonesia beberapa waktu lalu.

Selain mengandalkan sensor otomatis, petugas pintu pelintasan juga selalu berkomunikasi dengan petugas di lintasan sebelumnya yang telah dilewati si kereta.

Saat jam padat, dua orang penjaga yang mengendalikan toka itu harus berbagi tugas.

Satu orang mengatur tombol pintu pelintasan, sedangkan yang lainnya berjaga di pintu dan mencegah kendaraan dan orang menyeberang di dua jalur rel kereta itu.

"Karena kalau setelan otomatis (pintu) lama turunnya. Jadi mesti diatur manual supaya lebih cepat menutup. Karena kami takut ada orang yang keburu nyeberang," tuturnya.

Pintu pelintasan sebelum Stasiun Tebet itu, termasuk jalur padat lalu lintas. Berbagai kendaraan berseliweran menyeberangi rel kereta, terutama di jam-jam padat sehingga petugas yang berjaga mesti ekstra tegas menghadapi pejalan kaki dan pengemudi kendaraan yang membandel.

"Kadang alarm peringatan sudah bunyi, tapi masih ada yang usaha nyeberang rel. Apalagi, ojek-ojek dan angkot."

Angkutan perkotaan menjadi salah satu kendaraan yang paling sulit diatur.

Para sopir kerap ngetem sesudah pelang pelintasan kereta api di Stasiun Tebet.

Kelakuan para sopir ini sering membuat jantung penumpang jumpalitan.

Karena angkot yang berada di belakangnya, jadi sering tertahan di tengah rel kereta.

"Saya naik angkot mau ke kantor di daerah Karet. Setiap lewat di sini saya suka ngeri ketabrak kereta. Angkot saya ketahan di tengah rel, sedangkan alarm kereta lewat sudah nyala, pelang sudah turun," kata Heni, salah satu pengguna angkot.

Untuk mengurai kemacetan di pelintasan kereta, petugas dari Dinas Perhubungan juga ikut membantu.

Setiap hari, empat personel ditugaskan berjaga di pintu lintasan Stasiun Tebet.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya