PERISTIWA kebakaran masih kerap terjadi di wilayah DKI Jakarta. Sejak Januari hingga 9 September lalu saja, tercatat ada 993 kali kebakaran. Dengan angka tersebut, artinya di Jakarta setiap hari bisa terjadi kebakaran lebih dari satu kali. Bahkan, sepanjang Agustus, atau di tengah musim kemarau, kasus kebakaran mencapai jumlah tertinggi bila dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, yakni 173 kali. Padahal, di musium kemarau, sumber air untuk proses pemadaman api terbatas. Menurut Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) DKI Jakarta Soebedjo, masalah kesulitan air memang menghambat petugas dalam proses pemadaman.
Meski demikian, pihaknya selalu mencari cara agar proses pemadaman berjalan cepat dengan selalu mendatangi sumber-sumber air terdekat dari lokasi kebakaran. Sumber air untuk pemadaman tidak hanya dari sungai, tetapi juga air kolam yang ada di sekitar tempat kejadian. "Kami pasti mendapatkan sumber air, bagaimanapun caranya. Tidak hanya air sungai, air kolam pun kalau memang ada di lokasi akan kami pakai. Masyarakat pemilik (air) pun harus bekerja sama dengan kami," kata Soebedjo, Selasa (15/9). Selama musim kemarau, ujarnya, pihaknya bekerja sama dengan Dinas Tata Air untuk menjaga debit air sungai agar tidak terlalu kering.
Upaya lain, tahun ini ia telah memasukkan dokumen lelang untuk 46 unit hydrant mandiri di sejumlah titik ke Badan Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa (BPPBJ). Ditargetkan, lelang tersebut selesai tahun ini sehingga bisa dibangun tahun depan. Sementara itu, dari 993 kali kebakaran yang terjadi hingga 9 September lalu, kasus terbanyak terjadi di Jakarta Timur yang mencapai 245 kejadian dan terendah di Jakarta Pusat sebanyak 122 kasus. Faktor penyebab kebakaran masih didominasi korsleting listrik, yakni 581 kejadian.
Pada periode tersebut pula tercatat 14 warga meninggal akibat kebakaran dan 57 orang lainnya luka-luka. Secara keseluruhan, ada 2.660 keluarga meliputi 10.860 jiwa yang terkena dampak kebakaran di Ibu Kota dengan nilai kerugian mencapai Rp274 juta. Pada 2014, di DKI terjadi 1.260 peristiwa kebakaran dengan kasus terbanyak masih di Jakarta Timur, yakni 316 kasus. Peristiwa sebanyak itu mengakibatkan 25 orang meninggal dengan kerugian materi mencapai Rp1,34 miliar.
Sungai mengering Wali Kota Jakarta Timur Bambang Musyawardana selaku pemimpin wilayah dengan kasus kebakaran paling tinggi mengatakan musim kemrau dengan tingkat kekeringan yang lebih tinggi dari pada tahun-tahun sebelumnya menjadi faktor kendala dalam pemadaman kebakaran di wilayahnya. Menurutnya, saat melakukan pemadaman, petugas pemadam kebakaran sering menggunakan air sungai. Namun, di musim kemarau, dua sungai besar yang juga mengalirkan air ke anak-anak sungai di sekitar Jakarta Timur kini mengering.
Keberadaan hydrant mandiri di permukiman warga dan sejumlah jalan raya, ujarnya, tidak cukup untuk memadamkan kebakaran di wilayahnya. "Karena air di sejumlah kali di Jakarta Timur mulai surut akibat kemarau, kami cuma mengandalkan air Kali Malang sama Kali Ciliwung. Kami tidak bisa hanya mengandalkan hydrant," kata Bambang yang juga mantan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) ketika dihubungi, Senin (14/9).