Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
PRO dan kontra setiap kali pemerintah akan melakukan penertiban permukiman ilegal dan merelokasi penghuninya ke tempat yang dinilai lebih manusiawi kerap muncul. Namun, belakangan mereka yang direlokasi merasakan betapa lebih nyamannya tinggal di tempat baru. Berbagai fasilitas dan pelayanan cuma-cuma bisa dida-patkan dengan mudah. Apalagi bagi warga yang direlokasi ke sejumlah rumah susun sederhana sewa (rusunawa). Salah satunya Saodah, 45, penghuni Rusunawa Jatine-gara Barat, Jakarta Timur, yang semula tinggal di kawasan Kampung Pulo, Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara.
Ia mengaku perlahan mulai betah tinggal di hunian vertikal ketimbang di tempat tinggal lamanya yang menjadi langganan banjir. "Tinggal di sini lama-lama terasa jauh lebih nyaman bila dibandingin di pinggir kali (Sungai Ciliwung). Dulu waktu baru pindah sempat ngeluh macem-macem ke pengelola karena belum terbiasa," kata ibu dua anak itu sambil tersenyum, pekan lalu.
Saodah menilai relokasi ke tempat tinggal yang lebih nyaman seperti ia dan warga dari bantaran sungai lainnya lebih tepat ketimbang ditertibkan begitu saja tanpa ada tempat tinggal pengganti. Apalagi, selain mendapat unit hunian, warga juga mendapatkan sejumlah fasilitas dan layanan tanpa harus mengeluarkan uang lagi. Penghuni rusun antara lain mendapat fasilitas transportasi gratis bus Trans-Jakarta, bus sekolah gratis untuk antar jemput anak-anak keluarga penghuni, tempat berjualan, juga layanan kesehatan.
"Pokoknya semuanya jauh lebih bagus," kata warga asli Betawi yang kini meneruskan berjualan siomai di tempat usaha yang disediakan di lantai khusus rusun tersebut. Kepindahan keluarganya ke rusun, kata Saodah, juga membuat pola hidup mereka sekarang lebih sehat daripada sebelum direlokasi. Sejak tinggal di rusun, warga harus menjaga betul kebersihan unit tempat tinggal masing-masing.
Karena itu, Saodah dan anak-anaknya sekarang terbiasa membuang sampah pada tempatnya sebab kini tidak ada lagi sungai yang bisa menampung seluruh limbah. "Namanya di rusun, di dalam gedung, kalau kita bikin kotor, kita juga akan kena akibatnya. Bisa berantem juga sama tetangga. Kalau dulu, apa-apa buang di kali."
Perbanyak RTH
Di rusunawa, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI pun memperhatikan kondisi kesehatan warga rusun, dengan hadirnya seorang dokter dan perawat satu kali dalam seminggu melalui program Ketuk Pintu Layani dengan Hati. "Waktu saya sakit, semua keluarga sibuk sendiri-sendiri, nggak ada yang rawat saya. Eh, ada dokter sama suster datang ke rumah yang ngingetin supaya saya minum obat, makan dan minum teratur," kata Engkus, 60, warga rusun lainnya yang terkena stroke ringan sejak dua tahun lalu.
Ia juga berharap pemprov memperbanyak ruang terbuka hijau (RTH), khususnya taman untuk lansia, di rusun agar ia dan warga lain sepertinya bia memanfaatkan itu guna merehabilitasi sebagian tubuh yang kaku akibat stroke. Wali Kota Jakarta Selatan Tri Kurniadi mengatakan Pemprov DKI sudah merencanakan dengan baik segala fasilitas yang dibutuhkan penghuni rusun sehingga warga yang telah direlokasi merasa nyaman dan tidak ingin kembali ke bantaran sungai lainnya.
"Kami pasti berikan apa pun kebutuhan mereka. Mau transportasi, ada bus. Mau sehat, ada (program) Ketok Pintu," ujarnya. (J-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved