Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
KASIH ibu sepanjang masa. Begitu peribahasa mengatakan. Oleh karena itu, umumnya setiap ibu akan melakukan apa pun demi melindungi anaknya.
Namun, tidak demikian dengan Mutmainah, 28. Ibu dari dua anak yang biasa disapa Iin itu pada Minggu (2/10) malam diduga membunuh anak keduanya, Arjuna, yang baru berumur satu tahun. Tubuh bayi itu bahkan ditemukan dalam kondisi termutilasi.
Selain itu, anak pertamanya, Kalista, 2, juga terluka. Beruntung, nyawa Kalista masih selamat. Menurut keluarga, perilaku istri Aipda Denny Siregar tersebut diduga dipicu oleh kondisinya yang memiliki riwayat gangguan mental.
Ayah Iin, Jaelani, 67, mengungkapkan, sebelum menikah putrinya sempat depresi lantaran saat masih berpacaran dipaksa berhubungan badan oleh anggota Provos Polda Metro Jaya tersebut, kemudian ditinggalkan. “Sekitar lima tahun lalu Iin dinodai, lalu diputusin, ditinggalin. Anak saya stres. Kalau malam nyanyi-nyanyi enggak jelas,” ujarnya, kemarin.
Keluarga kemudian membawa Iin berobat ke luar kota. Setelah kembali ke Jakarta, perempuan itu bertemu laki-laki lain yang jadi tambatan hatinya, kemudian menikah pada 2013. Sayangnya, pernikahan mereka hanya berumur satu bulan, karena sang suami menceraikan Iin.
Setelah menjanda, Iin menyibukkan diri dengan bekerja serabutan, termasuk membantu mengurus perpanjangan surat tanda nomor kendaraan (STNK) milik para tetangganya. Di tengah kesibukan itulah, pada 2014 ia bertemu kembali dengan mantan pacarnya, Denny, yang telah menikah dengan perempuan lain.
Mereka berpacaran lagi, hingga Iin hamil. Keduanya akhirnya menikah, namun ketika itu Denny telah menceraikan istri pertamanya.
Sejak berumah tangga dengan Denny, kata Jaelani, anak ke delapan dari sembilan bersaudara itu tertekan lantaran sang suami mengekangnya. “Nemuin keluarga saja enggak boleh. Kami, kalau mau temuin Iin juga nunggu suaminya enggak di rumah,” tuturnya.
Dua hari sebelum peristiwa mutilasi, Iin bahkan sempat mengeluh kepada keluarga bahwa ia sudah tidak kuat berumah tangga.
Psikolog Universitas Indonesia Rose Mini berpendapat, peristiwa yang terjadi pada Iin dan Arjuna merupakan pertanda buruknya lingkungan sosial di sekitar kehidupan perempuan itu. Apalagi, saat peristiwa itu, kejiwaan Iin dikabarkan dalam kondisi terganggu.
“Si ibu punya masalah mental. Dia tidak punya tempat untuk mencurahkan, dan akhirnya dilampiaskan ke anak. Logika bahwa ibu harus melindungi anak, hilang,” katanya saat dihubungi.
Menurutnya, faktor lingkungan di sekitar, yakni keluarga maupun tetangga, tidak berperan saat kondisi pelaku tengah depresi. Harusnya, ketika Iin mengalami perubahan perilaku, orang di sekitar memberikan empati terhadapnya. (Akmal Fauzi/J-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved