Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
SAKSI ahli yang dihadirkan dalam sidang kasus Jessica meragukan kematian Wayan Mirna Salihin disebabkan sianida. Apalagi tidak ada autopsi terhadap jasad korban. Hal itu mencuat dalam sidang lanjutan ke-19 di PN Jakpus, kemarin, yang menghadirkan ahli patologi forensik Universitas Indonesia Djaja Surya Atmadja. Ia bahkan yakin kematian Mirna bukan karena sianida.
Djaja menegaskan dokter forensik pantang menyimpulkan sebab kematian hanya dari pemeriksaan luar, apalagi meninggalnya tidak wajar. Dokter forensik mesti melakukan autopsi untuk menyimpulkan sebab kematian seseorang. “Artinya, lewat pemeriksaan luar masih gelap penyebab kematiannya,” kata Djaja saat bersaksi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, kemarin.
Djaja menambahkan barang bukti nomor empat (cairan lambung) negatif. Di lambung, hati, dan tiosianat tak ada sianida. Secara ilmiah, pada tubuh manusia terdapat enzim rodanase. Unsur itu bertugas mengurai racun atau sianida menjadi zat tidak berbahaya.
Jika seseorang terpapar sianida dalam tubuhnya, ditemukan sianida dalam jumlah banyak di lambung. “Di sekeliling kita ada sianida. Contohnya di rokok, di kopi ada sedikit, di teh, dan tanah. Jika lambung terkena cairan sianida, racun masuk ke liver, hati juga ada sianida. Kalau benar keracunan sianida yang masif, mestinya di lambung ada, di hati, darah, juga tiosianat. Di dalam urine dan liur itu ada tiosianat,” paparnya. (DA/Put/J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved