HUJAN deras yang mengguyur dari Rabu (18/2) malam hingga Kamis (19/2) subuh, tidak menyurutkan umat Buddha untuk beribadah di Wihara Dharma Bhakti atau dalam bahasa Tiongkok Tua Cin Te Yen, di kawasan Petak Sembilan, Jakarta Barat. Jelang pergantian hari menuju tahun 2566 kalender Tiongkok, warga keturunan Tionghoa semakin banyak memadati wihara. Menerabas hujan, mereka datang dengan menggunakan payung, sepatu bot atau jas hujan. Di tahun kambing kayu ini, hujan saat Imlek dini hari dipercaya memberikan berkah bagi mereka yang beribadah.
''Biasanya warga tetap akan berdatangan. Karena di sini hanya untuk sembahyang,'' kata Awai, 62, warga Petak Sembilan yang menjadi panitia Imlek di wihara tersebut.
Hujan yang deras mengguyur membuat wihara tergenang air 5-10cm. Pengelola wihara telah melakukan langkah antisipasi dengan menyiapkan dua tenda besar dan dua mesin penyedot air.
Kemeriahan perayaan Imlek mulai terasa pada tengah malam, jelang pergantian tahun. Wihara dan kawasan Petak Sembilan yang didominasi warna merah terang dengan lampion-lampion bulat benderang, semakin meriah dengan bunyi lonceng dan tabuhan beduk yang digantung di dalam kelenteng. Tetabuhan dan nyaringnya lonceng menjadi penanda pergantian tahun kalender Tionghoa. Umat Tionghoa pun serentak khusyuk dalam doa dan harapan. Sambil membakar hio, mereka berdoa agar pada tahun yang baru ini diberikan kesehatan, keselamatan dan dimurahkan rezeki.
''Tahun Kambing Kayu dan tahun-tahun lainnya tetap sama. Saya hanya berharap kesehatan dan rezeki bagi keluarga,'' kata Lee Pin In, 34, yang setelah sembahyang akan merayakan Imlek bersama keluarga besarnya.
Saat berdoa, umat membawa buah seperti jeruk, apel dan klengkeng serta beberapa sayuran seperti jamur untuk diletakkan di sekitar altar sebagai sesembahan. Ada pula yang meletakkan uang rupiah, terutama di altar Dewa Cai Sin atau dewa kesejahteraan, dewa Hok Tek Cin atau Dewa Bumi, serta Dewa Go Kwi atau dewa penjemput roh.
''Dewa kan tidak butuh uang. Tapi saya berharap untuk kelancaran rejeki, terutama untuk keluarga,'' kata Awi, 41.
Sementara bagi Edi, 44, berdoa di Wihara Dharma Bhakti dipercaya lebih ampuh dikabulkan. Karena wihara tersebut adalah wihara yang tertua. Hal itu yang membuat Wihara Dharma Bhakti kerap lebih ramai dikunjungi daripada wihara lainnya.
''Kalau kayu terkena air hujan itu kan akan semakin subur, berbeda bila api atau besi. Berharapnya dimurahkan rezeki di tahun baru ini,'' ujarnya.
Arus modernisasi Namun Awai yang kerap menjadi panitia tahunan setiap perayaan Imlek mengungkapkan, perayaan Imlek di wihara tahun ini lebih sepi ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Berkurangnya umat yang datang, kata dia, akibat arus modernisasi yang saat ini menjamah kehidupan masyarakat. Terutama warga keturunan Tionghoa yang tinggal di Ibu Kota. Beberapa hal yang biasa ditampilkan pada malam pergantian tahun, tidak tampak pada tahun ini. Misalnya saja ciam si atau ritual ramalan khas Tionghoa yang merupakan salah satu bagian ritual sembahyang yang tidak terlihat.
''Kebanyakan lebih mendahulukan acara lain, seperti berkumpul bersama keluarga atau pergi ke mal-mal. Ya mungkin ibadah sudah menjadi nomor dua,'' ujarnya.
Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, pada perayaan Imlek tahun ini pun wihara banyak didatangi para pengemis dari berbagai penjuru Jakarta. Mereka berharap mendapat sedekah atau angpau dari umat yang bersembahyang. Samudi, 64, misalnya. Warga Keagungan, Jakarta Barat ini tiba di wihara pukul 23.15 WIB. Ia menjadi pendatang rutin setiap Imlek.
''Tahun kemarin cuma dapat Rp50 ribu. Semoga saja sekarang dapatnya lebih,'' ujarnya.
Sementara pengurus wihara, mengingatkan umat untuk menyumbangkan sedekahnya melalui wihara agar dikelola satuan perlindungan masyarakat (linmas) setempat, untuk kemudian dibagikan kepada para pengemis.
''Umat dilarang memberikan langsung, karena akan ricuh. Makanya dikelola linmas bukan dari pengurus. Tahun lalu mereka dapat lebih dari Rp300 ribu per orang,'' kata Awai.
Dari segi pengamanan, Kapolda Metro Jaya Unggung Cahyono mengatakan dalam operasi khusus dengan sandi Liong Jaya 2015, pihaknya mengerahkan satuan khusus Gegana untuk mensterilkan seluruh wihara dan klenteng yang tersebar Di Jakarta. ''Anggota kami sudah mengadakan sterilisasi oleh petugas antibom Gegana,'' kata Unggung yang didampingi Kapolres Jakarta Barat Fadil Imran dan Kapolsek Taman Sari Afrisal dalam peninjauan keamanan di Wihara Dharma Bhakti.
Unggung menambahkan, pihaknya mengerahkan 3.320 anggota yang tersebar di 279 wihara dan klenteng untuk mengamankan perayaan Imlek di Jakarta.
''Terutama di tujuh wihara besar Di jakarta. Pengamanan kita lakukan tiga hari, 18-20 Februari,'' imbuh dia.
Unggung berharap agar perayaan Imlek di Jakarta aman dan terkendali. ''Di tahun kambing kayu ini semoga diberikan kesehatan, keselamatan, dan berkah. Ini yang kita harapkan,'' tukasnya.(*/J-4)