Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
BANYAKNYA penumpang kereta rel listrik (KRL) commutter line yang menggunakan sepeda motor saat ke stasiun ditangkap sebagai peluang usaha oleh warga sekitar. Di beberapa stasiun, warga membuka jasa penitipan motor dengan tarif yang lebih murah jika dibandingkan dengan parkir resmi yang disediakan stasiun.
Gondrong, 34, misalnya, menjadi salah satu pengelola parkir di dekat Stasiun Bekasi. Parkir motor yang dikelolanya bersama keluarga itu sudah berlangsung selama 10 tahun. Lahan parkir seluas 200 meter persegi miliknya setiap hari bisa menampung 200 hingga 300 unit sepeda motor.
Untuk menarik minat penumpang kereta, Gondrong mematok tarif parkir yang lebih murah ketimbang tarif parkir stasiun. Untuk motor yang hanya nangkring sebentar, ia memasang harga Rp2.000, sedangkan untuk motor yang parkir lebih lama, pemilik cukup membayar Rp5.000.
"Kalau di stasiun Rp3.000 per jam. Di sini lebih murah. Banyak yang lebih suka parkir di sini," tuturnya.
Dalam sehari, ia bisa meraup omzet Rp500 ribu sampai Rp1 juta. Demi memaksimalkan keuntungan, ia kerap menjejerkan motor rapat-rapat agar bisa lebih banyak motor yang bisa ditampung.
Selain Gondrong, ada Arifin yang juga sudah 10 tahun mengelola parkir di dekat Stasiun Bekasi. Ia tak segan-segan menggunakan trotoar atau bahkan badan jalan untuk menampung motor-motor yang dititipkan saat lahannya tak cukup.
"Saya suka suruh pelanggan tidak kunci setang agar mudah mengaturnya. Kalau tidak muat di dalam, biasanya saya taruh di trotoar atau di samping tempat penitipan," kata Arifin.
Anisaturrohmah, 25, menjadi salah satu penumpang KRL yang memilih memarkirkan motornya di luar stasiun. Selain lebih murah, pengelola parkir memiliki petugas yang siap membantu pelanggan mengambilkan motor mereka.
"Saya kalau pulang kerja suka sudah capek dan mengantuk. Saya suka minta diambilin sama pegawainya. Tinggal tunggu di luar, motor saya sudah siap dibawa pulang," tuturnya.
Saat menanggapi keberadaan parkir liar di luar Stasiun Bekasi, Kepala Dinas Perhubungan Kota Bekasi Supandi Budiman mengatakan jasa parkir tersebut masih belum memiliki badan usaha. Ia mengaku sudah sering melakukan penertiban di lokasi, tetapi tidak pernah bertahan lama. Para pengelola kembali memarkirkan motor-motor titipan di trotoar.
"Waktu kami ke sana, tertib. Ditinggal, berantakan lagi. Nanti semua akan ditindak. Pengelola yang belum mengurus izin resmi juga akan ditindak," pungkasnya.
Tidak hanya di daerah penyangga, di Stasiun Tebet yang berada di Jakarta Selatan, ada juga parkir yang dikelola warga di luar stasiun. Bahkan, lokasi parkiran yang tepat berada di seberang Stasiun Tebet itu sudah memiliki dua lantai.
"Kalau parkir di sini tarifnya Rp4.000 mau berapa lama pun parkirnya," kata Iwan, 34, salah seorang petugas parkir.
Jumlah motor yang parkir di tempatnya, kata Iwan, lebih banyak pada saat pagi hingga sore hari. Tidak hanya dua lantai tempat parkir yang dipenuhi motor-motor titipan yang dijejer rapat, Iwan juga memaksimalkan trotoar dan badan jalan untuk meletakkan motor-motor itu.
Dalam satu hari, ia bisa mendapat keuntungan hingga Rp2 juta. Iwan seakan tak peduli motor-motor yang dibariskannya di badan jalan itu menimbulkan kemacetan. Ia mengaku tak khawatir karena ayahnya ialah pekerja di Suku Dinas Perhubungan.
Sama seperti di Bekasi, Kasi Penindakan dan Penertiban Suku Dinas Perhubungan Jakarta Selatan AB Nahor mengatakan lahan parkir di depan Stasiun Tebet itu juga tidak berizin dan akan segera ditertibkan.(Gan/Nel/DD/KG/J-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved