Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

2.339 Kecelakaan Terjadi Mulai H-7 hingga H-1

Dero Iqbal Mahendra
05/7/2016 15:57
2.339 Kecelakaan Terjadi Mulai H-7 hingga H-1
(ANTARA/Anis Efizudin)

POSKO Pemantau Mudik Lebaran di Kementerian Perhubungan mencatat angka kecelakaan sejak H-7 hingga H-1 dini hari Lebaran sudah mencapai 2.339 kecelakaan. Data tersebut masih merupakan data umum dari seluruh moda baik darat, laut, udara maupun kereta dan belum terklasifikasi secara lebih detail sehingga masih bisa tercampur kecelakaan dari warga lokal yang bukan pemudik.

"Data kejadian kecelakaan tersebut belum dipilah-pilah mana yang kendaraan pribadi dan mana yang kendaraan umum begitu juga jenis kecelakaannya. Data terebut harus kita pilah dulu baru bisa kita analisis." terang Direktur Prasarana hubungan Darat, Yuyun E. Wahyuningrum kepada Media Indonesia saat ditemui di Kementerian Perhubungan Jakarta, Selasa (5/7).

Dirinya melihat bahwa saat ini kecelakaan memang masih sebagian besar didominasi oleh sektor darat dibandingkan dengan laut, udara maupun kereta api. Rendahnya kecelakaan di sektor selain darat disebabkan kerena adanya sistem kemando yang linier dan di kereta api sendiri hanya dioperasikan oleh satu operator.

Berbeda dengan jalur darat yang terdiri dari beragam stakeholder baik itu pemda dari Gubernur hingga walikota sehingga ada kemungkinan adanya pemahaman yang berbeda.

"Secara tren kita masih berharap tingkat kecelakaan tahun ini akan turun dibandingkan dengan tahun lalu. Kita tetap optimis bisa menekan angka kecelakaan lalu lintas di tahun ini meski jika dibandingkan angka kecelakaan tahun lalu yang mencapai 3048 secara total baik arus mudik dan arus balik," ujar Yuyun.

Yuyun menjelaskan bahwa bila dianalisis secara penyebab kecelakaan sendiri secara tren memang berbeda antara arus mudik dan arus balik. Untuk arus mudik sering kali kecelakaan terjadi pada saat setelah kemacetan, begitu jalanan lancar pengemudi seringkali memacu kendaraannya sebab ingin cepat sampai tujuan. Sedangkan pada arus balik sering kali penyebab utama kecelakaan adalah faktor kelelahan dari pengendara akibat perjalanan yang dilakukan.

Guna menghadapi arus balik pascalebaran, sebagai preventif bagi arus baik akan dilakukan penyebaran arus sehingga tidak tertumpuk di satu lokasi saja seperti yang terjadi di beberapa waktu lalu yang tertumpuk di berebes timur saat arus mudik. Namun Yuyun melihat bahwa diperkirakan arus balik nantinya tidak akan terjadi penumpukan akibat tersebarnya waktu pulang pemudik.

"Pada saat arus balik kemungkinan macet akan kecil sekali untuk terjadinya macet sebab waktu perjalanannya tidak ditumpuk dalam satu waktu sehingga lebih tersebar. Sedangkan pada saat arus mudik yang terjadi semua orang memiliki target untuk tiba di kampung halaman pada saat sebelum hari raya. Dengan masa kerja pegawai yang aktif pada hari senin maka kita prediksi puncak arus balik terjadi pada H+3 atau pada hari minggu 10 juli nanti," jelas Yuyun.

Dirinya melihat pada arus balik umumnya memiliki rentang waktu yang lebih lama dibandingkan dengan arus mudik sehingga diharapkan angka kecelakaan bisa jauh lebih turun dibandingkan pada saat mudik yang memiliki tuntutan waktu yang harus dicapai tepat waktu sebelum Lebaran. (X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Victor Nababan
Berita Lainnya