Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Kramat Raya masih Favorit Pemburu Menu Buka Puasa

11/6/2016 13:49
Kramat Raya masih Favorit Pemburu Menu Buka Puasa
(MI/Atet Dwi Pramadia)

EMNA, 52, bersama anak dan suaminya turun dari mobil mereka di depan jajaran kios penjual beragam makanan khas minang di kawasan Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat.

Mulai makanan berat seperti nasi kapau hingga sejumlah takjil atau yang dalam bahasa Minang disebut pabukoan, dijual di lokasi itu.

Di antara berbagai jenis makanan tersebut, Emna melangkah ke arah pedagang lamang tapai. Lamang tapai memang makanan paling laris di saat Ramadan karena di daerah aslinya di Sumatra Barat (Sumbar), makanan ini adalah yang paling khas untuk berbuka puasa. Lamang terbuat dari beras ketan yang dicampur santan dan dibakar dalam bambu sepanjang 30 sentimeter.

Rasa lamang yang gurih dan lembut dipadukan dengan tapai ketan hitam, memunculkan rasa manis dan asam di lidah. Sebatang lamang dihargai Rp30 ribu, sedangkan tapai Rp10 ribu per bungkus.

"Saya lagi kangen makan pabukoan seperti di kampung, dengan lamang tapai," ujar perempuan asal Sumbar dan menetap di Jakarta sejak 20 tahun lalu itu.

Menurutnya, Jalan Kramat Raya kerap menjadi destinasi bagi keluarganya saat hendak mencari jajanan khas minang. Di Ibu Kota tidak banyak yang menjajakan makanan minang selengkap tempat itu. Apalagi. lokasi tersebut telah ada sejak berpuluh tahun lalu sehingga menjadi tempat favorit penyuka makanan minang.

Selain lamang tapai, makanan lainnya yang juga laris manis dan hanya bisa dijumpai saat Ramadan ialah bubur kampiun. Sajian berbuka puasa ini merupakan perpaduan dari kolak pisang, bubur sumsum, bubur cande, nasi ketan, dan srikaya yang disajikan dalam satu mangkuk. Rasanya pun manis dan gurih. Cocok menjadi hidangan pembuka setelah seharian berpuasa.

"Bubur kampiun ini juga laris saat puasa. Di hari biasa, saya enggak jual," kata Zuhelmi yang telah 28 tahun berjualan makanan khas minang dengan omzet Rp2 juta per hari.

Seporsi bubur kampiun di kios Zuhelmi harganya Rp15 ribu. Makanan itu ia racik sendiri berdasarkan resep dari kampung halamannya di Bukittinggi. Selain bubur kampiun, ia menjual kripik balado, sala lauak, dan lupis.

Bagi para pecinta minuman segar, jangan lewatkan es tebak yang dibanderol Rp15 ribu per gelas. Minuman ini sejenis es campur berisi tapai, roti, agar-agar, cincau, dan cendol.

Untuk masalah rasa, tidak perlu diragukan. Semua makanan yang dijual di kawasan itu dibuat tangan-tangan asli Sumatra Barat.

Itulah mengapa, selain beragam, rasa makanan di sini tidak jauh berbeda dengan yang ada di Ranah Minang sana. (Nicky Aulia Widadio/J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya