Sambel Setan Ngondek

(Nic/J-3)
10/6/2016 00:40
Sambel Setan Ngondek
()

TIDAK hanya nama makhluk halus, umpatan, dan tempat yang disematkan pada nama kuliner. Nama sifat pun ikut disematkan, yakni ngondek. Di Jalan Gandaria 1, Jakarta Selatan, ada warung tenda dengan nama Sambel Setan Ngondek. Warung berkapasitas sekitar 30 orang itu tak pernah sepi dari pengunjung. Rata-rata pengunjung adalah anak muda. Sebagian datang karena telah berlangganan, sebagian datang karena tergugah oleh rasa penasaran akan namanya yang unik. Begitu melangkah ke warung tenda itu, jangan kaget jika para pelayan yang berpakaian merah jambu memanggil dengan sapaan mesra, mulai 'beb', 'sayang', 'cantik', hingga 'manja'.

Tak tanggung-tanggung, sapaan tersebut diucapkan dengan nada lembut nan kemayu. Ternyata, fasih berbahasa 'ngondek' pun menjadi syarat utama untuk menjadi frontliner di warung tenda itu. Ialah Eddie Santoso, pemilik warung Sambel Setan Ngondek yang telah berdiri sejak Juli 2014. Sebagai pecinta kuliner pedas, ia terpikir untuk membuka warung dengan serba-serbi makanan pedas. Istilah sambal setan, menurutnya, melambangkan tingkat kepedasan dari sambal tersebut yang tidak main-main. Di Jakarta, sambung Eddie, telah banyak warung makan yang menggunakan istilah sambal setan.

Itulah mengapa ia terpikir untuk menggunakan nama lain yang juga nyentrik. Akhirnya terpilihlah kata ngondek yang ia jadikan layaknya jati diri dari warung tersebut. "Kepikiran nama ini sebenarnya buat lucu-lucuan saja. Sekarang kan zamannya social media, orang-orang suka tag lokasi, kalau namanya lucu, orang-orang kan jadi penasaran," ujar Eddie, yang juga biasa dipanggil Oddie. Kata ngondek tidak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kata itu bisa ditemukan dalam kamus bahasa gaul, yang diartikan dengan tingkah laku lelaki yang kemayu tapi bukan banci.

Namun, bagi Eddie, ngondek memiliki makna lembut, bersahabat, dan halus. Makna itu ia sampaikan kepada para konsumennya melalui pelayanan di warung yang buka dari pukul 18.30 hingga 01.00 WIB itu. "Makanan yang enak dan tempat bagus banyak, tapi yang servisnya supel kan jarang," ujarnya. Tak hanya menggunakan panggilan mesra, Eddie beserta stafnya juga selalu menyebut nama dari para konsumen saat sedang menyiapkan makanan yang hendak disajikan. "Lelenya Vika belum, ya," ujarnya kepada salah seorang stafnya. Terkait dengan nama ngondek yang ia gunakan, Eddie mengaku tak memusingkan pelabelan dari masyarakat.

Menurutnya, untuk menarik minat konsumen di masa sekarang, ia harus berani tampil nyentrik agar lebih mudah diingat. Terkait dengan nama nyentrik itu, Eddie mengaku terdapat beberapa komunitas yang kemudian merasa 'terpanggil'. "Mereka merasa warung ini dibuat untuk mereka. Mereka tanya, aku jawab enggak, warung ini buat siapa saja kok. Mereka juga tanya kenapa aku berani pakai nama ngondek. Tapi menurutku enggak selamanya ngondek punya makna negatif, enggak ada di KBBI kok dan artinya masih simpang siur jadi sah-sah saja," katanya.

Nama dan konsepnya yang unik serta makanannya yang menggugah selera terbukti mendatangkan banyak pelanggan. Saat Media Indonesia berkunjung, warung yang buka dari pukul 18.30 hingga 01.00 itu sama sekali tak pernah sepi dari pengunjung. Eddie mengaku, dalam sehari, ia bisa menjual 300 hingga 500 porsi. Bahkan, omzetnya kini hampir mencapai Rp5 juta per hari. Eddie bahkan akan membuka cabang di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, dalam waktu deka



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya